Baru Penting kalau Sudah Mati
Senin, 05 April 2010 – 07:35 WIB
PEKAN lalu saya menerima tamu dari Kepco, "PLN"-nya Korea Selatan. Banyak hal bisa didiskusikan. Mulai dari tenaga nuklir sampai ke soal tarif listrik di sana. Di Korsel, Kepco ternyata juga diminta pemerintahnya agar tetap melayani listrik untuk golongan tertentu dengan tarif yang amat murah. Di Korsel, listrik untuk rumah tangga dianggap konsumtif. Tidak produktif. Karena itu, di Korsel tarif listrik untuk rumah tangga dibuat menjadi yang paling mahal. Ini sekalian bermaksud untuk mengerem agar semua orang melakukan penghematan listrik secara paksa. Di rumah tangga, orang biasa menyalakan lampu tanpa jelas tujuannya. Bahkan, kamar mandi yang sedang tidak dipergunakan pun tidak jarang tidak dimatikan lampunya. Maklum, murah!
Bedanya, tarif listrik paling murah di Korsel ternyata bukan untuk rumah tangga golongan bawah. Tarif listrik paling murah itu diberikan kepada sektor pertanian. Kebijakan itu mengandung dua tujuan sekaligus: menolong petani dan mendorong peningkatan produksi pertanian.
Baca Juga:
Di Indonesia, tarif termurah dikenakan pada rumah tangga golongan bawah. Yakni rumah tangga yang langganan listriknya hanya 450 kva. Golongan ini membayar listrik hanya Rp35.000 sampai Rp60.000 sebulan. Jumlah pelanggan golongan ini 19 juta rumah. Banyak di antara mereka yang pengeluaran untuk pulsa teleponnya lebih tinggi daripada itu.
Baca Juga:
PEKAN lalu saya menerima tamu dari Kepco, "PLN"-nya Korea Selatan. Banyak hal bisa didiskusikan. Mulai dari tenaga nuklir sampai ke soal
BERITA TERKAIT