Batal Wisuda, Lulusan SMK Tewas Tawuran

Batal Wisuda, Lulusan SMK Tewas Tawuran
Batal Wisuda, Lulusan SMK Tewas Tawuran

jpnn.com - TAWURAN antarwarga di perlintasan rel Jembatan Besi, Tambora Jakarta Barat, menelan korban jiwa. Peristiwa tragis yang terjadi Jumat (30/5) dinihari itu menewaskan Alfiansyah, 18. Pemuda tanggung yang baru lulus SMK Yayasan Perguruan Institut Pengembangan Pendidikan Indonesia (YPIPPI) ini tewas dengan luka pecah kepala belakang dan tusukan pisau di dada. 

Nyawanya tidak bisa diselamatkan meski dilarikan ke RS Sumber Waras Grogol. Kesaksian Arie, 18, kawan serumah korban yang terlibat dalam tragedi naas itu menuturkan, saat baku hantam itu Alfiansyah sempat menolong dirinya, dan satu kawan lainnya bernama Izham yang juga terkena bacok. Namun, naas, saat berjibaku kepala belakang Alfiansyah dihantam batu dari samping. 
Pemuda bertinggi badan 170 centimeter itu pun ambruk. Lantas, dikeroyok puluhan lawan lainnya.

Saat tak berdaya di pinggir perlintasan rel kereta api itu dada Alfiansyah dihujam senjata tajam. Tepat di bagian tengah menembus ulu hatinya. "Tubuah dia (Alfiansyah) habis-habisan dicacak. Musuhnya pada bawa barang (senjata tajam), golok, parang, celurit," ujarnya ditemui di rumah korban, di Jalan Kali Anyar VI, RT10/05, Kali Anyar, Tambora Jakarta Barat, kemarin (30/5).
     
Dengan wajah sembab, Arie tak menyangka perkelahian dengan pemuda kampung sebelah yang disebutnya anak-anak Bonsai dari Rusun (Rumah Susun) Kampung Angke, Tambora itu berujung maut buat sahabat karibnya itu. Sekira pukul 22.30, karibnya yang biasa disapa Wa'a itu masih bugar bermain futsal di lapangan Futsal Magnet dengan kawan se-almamater. 
     
"Selesai main itu jam 03.00, Wa'a keluar rumah lagi sama saya mau ke Kota Tua," tuturnya. Bersama 8 kawan tongkrongan serumah lainya, mereka pun berangkat berboncengan 3 motor. "Kita boncengan 3 motor, masing-masing numpang bertiga, ke Kota cuma kumpul, ngasih duit sama makan," ujarnya. Lepas dari kota, sekira pukul 03.30, kawanan korban melintas di Pasar Pos Duri dekat Stasiun Pos Duri, Krendang, Tambora. 

Saat itu sudah berkerumun kawanan pemuda lain dari kampung tetangga. "Di situ kita ditimpukin batu, mereka ngejar kita sambil ngacung parang. Kita sempet turun juga ngeladenin pakai balok, tapi kalah banyak, terus kabur pakai motor ke perlintasan rel," ujar Arie lagi. Belum puas, sampai di dekat perlintasan rel kereta api, Arie, Wa'a dan kawan-kawannya turun dari motor. 

Mereka bermaksud meladeni kawanan pemuda yang menimpuki dengan batu tadi. "Di situ, kita saling pukul, Wa'a juga ambruk pas di pinggir rel," kata Arie. Arie tak sanggup mengakui, tawuran yang kerap terjadi setiap akhir pekan itu berakhir tragis. Ia sendiri tak mengetahui pemicu tawuran yang terjadi pada malam itu. "Yah, memang udah sering tawuran sih tiap minggu, sebabnya juga gak tau, cuma kita saling dendam aja," kata dia.
     
Begitupun penuturan beberapa teman sekolah Wa'a di kelas XII Administrasi Perkantoran YPIPPI. Dede Iskandar, Febri, Astin, Puri, dan Ambar mengatakan kalau Wa'a memang terbiasa nongkrong di ujung gang dekat Pasar Pos Duri. "Dia mah nongkrongnya gak sama anak kampung sini (Kali Anyar), kebanyakan sama anak kampung lain," kata Dede Iskandar yang tinggal tak jauh dari rumah Wa'a. 

Seluruh kawan mengaku tak kuasa mengenang tawa riang pemuda bertubuh besar, berkulit hitam manis itu. Acara wisuda kelulusan sekolah yang bakal digelar hari ini, Sabtu (1/6) di sekolah mereka akan terasa sepi tanpa kehadiran Wa'a yang terkenal rajin bekerja sebagai pengantar sembako itu. Pemuda yang terkenal solider, kelahiran 23 Maret 1996 itu telah pergi meninggalkan mereka semua. 

"Padahal, niatnya tuh anak ingin jadi tentara," kata Dede. Usai diotopsi di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, jenazah Wa'a disemayamkan di kediamannya. Selanjutnya oleh orangtua korban, Cecep (52) dan Kusmiyati (44) menguburkan anak keduanya itu ke kampungnya di Serang, Banten sekira pukul 15.00.
     
"Saat dapat kabar sekira pukul 04.00 itu saya langsung ke rumah sakit. Wa'a masih bernapas tapi sudah lemas. Gak lama kemudian, dia meninggal," kata Kusmiyati sebelum memberangkatkan anaknya ke liang kubur. Selepas pulang futsal itu, Kusmiyati sempat melarang anaknya yang ingin keluar rumah lagi. Sebab, waktu sudah menjelang pagi. 

Terpisah, Panit Reskrim Polsek Metro Tambora, Ipda Sugiarto yang menangani kasus tersebut menegaskan, kematian korban disebabkan luka di bagian kepala dan tusukan benda tajam tepat di dada. "Luka di kepala itu pukulan benda keras, bisa pakai batu. Di dada satu tusukan benda tajam tepat mengena ulu hati," ungkapnya di Mapolsek Metro Tambora.
     
Menurut Sugiarto, motif kematian Alfiansyah itu bukan karena tawuran. Melainkan pengeroyokan yang dilakukan lebih dari satu orang. "Saat ini kami masih menelusuri kasus kematian korban. Sejumlah saksi termasuk kawan korban sudah kami periksa," jelasnya juga. (asp)

TAWURAN antarwarga di perlintasan rel Jembatan Besi, Tambora Jakarta Barat, menelan korban jiwa. Peristiwa tragis yang terjadi Jumat (30/5) dinihari


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News