Batan Beberkan Kekayaan Indonesia untuk Membuat Bahan Bakar Nuklir
Bongkahan batu di chrusher untuk ukuran bijih yang kecil, kemudian proses milling untuk mendapatkan bijih uranium yang seperti bubuk (fine uranium ore).
Tahap berikutnya ialah pelindian (leaching) dengan asam sulfat untuk mendapatkan larutan uranil sulfat.
Selanjutnya, dilakukan pemurnian dengan ion exchange untuk mendapatkan larutan konsentrat uranium (U) dan tahap pengendapan bertingkat menggunakan NH4OH.
Kemudian, masuk ke dalam filter dan dikeringkan untuk mendapatkan yellowcake. Dari yellowcake, diperoleh amonium diuranat dengan konsentrasi uranium lebih dari 60 persen. Yellowcake itu sudah laku dijual.
"Namun yellowcake belum bisa sebagai bahan bakar, karena harus dimurnikan sampai grade nuklir lebih dari 99 persen," ujarnya.
Berikutnya, dikonversi menjadi uranium heksafluorida (UF6) untuk proses pengkayaan. UF6 yang dikayakan (enriched UF6) tersebut direkonversi menjadi uranium dioksida (UO2) yang siap difabrikasi menjadi pelet, kelongsong, batang bahan bajar, dan bundel bahan bakar.
Untuk siklus bahan bakar nuklir, Yarianto menuturkan secara teknologi, Batan sudah siap. Hanya satu proses yang sensitif, yaitu untuk pengkayaan uranium 235.
"Teknologi itu sangat sensitif karena jika kita melakukan ini bisa dicurigai mau bikin bom nuklir, seperti Iran," tutur Yarianto.
Menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bahwa Kalimantan menyimpan sumber daya uranium, yang sangat melimpah.
- Rusia Siap Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Skala Besar di Indonesia
- PLTN Pertama Indonesia Siap Beroperasi pada 2032
- Indonesia Didorong Gandeng Rusia untuk Kembangkan Energi Nuklir
- BRIN Bidik Mitra Internasional untuk Kembangkan Reaktor Nuklir Generasi IV
- Ahli Indonesia Soroti Pembuangan Air Limbah Nuklir Jepang, Ini Sebabnya
- Amerika Kaji Penggunaan Teknologi SMR di PLTN Kalbar