Baterai Lithium Tanpa Ember
Sebenarnya Pak Nur belum guru besar. Tapi saya sudah minta izin memanggilnya profesor.
Ini karena saya tahu kualifikasi Pak Nur. Sudah guru besar. Hanya dia tidak punya waktu mengurus administrasinya. Terlalu sibuk membina mahasiswa ITS. Yang gila kreasi di kendaraan listrik.
Pak Nur sudah bertekad tidak akan jadi guru besar. Gak apa-apa, katanya.
Gak sampai hati pada para aktivis kendaraan listriknya. Sampai-sampai tampilannya masih seperti mahasiswa. Pakai kaus, jean dan rambut panjang.
Selesai seminar, seseorang yang berbadan kurus mencegat saya. Menyalami. Dan menyerahkan kartu nama: Kristian Sutikno.
Bicaranya pelan. Bajunya batik. Sikapnya sangat sopan.
Saya kaget. Ternyata Kristian sudah memiliki pabrik baterai lithium. Di Jogja. Sudah delapan tahun pula.
Terlaaluuu. Kok saya tidak tahu. Padahal, enam tahun lalu saya mencari-cari siapa pengusaha yang mau mendirikan pabrik baterai lithium. Agar Indonesia tidak impor lagi dari Tiongkok.