Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah

Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
Batik Tulis Batang Rifaiyah, sebuah karya seni luhur yang proses pembuatannya bisa memakan waktu hingga satu tahun untuk kategori premium kini terancam punah. Foto source for JPNN

Namun, menjadi pengrajin batik tulis tak lagi menarik bagi generasi muda. “Membuat satu batik tulis biasa saja membutuhkan waktu sebulan, tetapi dahulu harganya hanya Rp 750 ribu, bahkan tidak cukup untuk biaya produksi,” tutur Utin.

Karena itulah, kini KUB Tunas Cahaya menetapkan harga Rp 1,2 juta untuk batik tulis biasa, Rp 2,5 juta untuk batik tulis sedang, Rp 4 juta untuk batik tulis halusan, dan Rp 5 jutaan lebih untuk batik tulis premium.

Harga yang layak untuk karya seni adi luhung, mengingat kerumitan dan panjangnya proses produksinya. 

Meski tantangan besar menghadang, upaya untuk menjaga warisan Batik Tulis Batang terus dilakukan.

Salah satu inisiatif datang dari SMKN 1 Warungasem melalui program Desain dan Produksi Busana. Dengan dukungan pemerintah dan Konsorsium Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi Indonesia, sekolah ini mengintegrasikan teknologi modern seperti desain digital dan mesin printing dalam pengajaran membatik.

Program Teaching Factory (TEFA) di sekolah tersebut menjadi oase baru bagi regenerasi pembatik. Showroom karya batik dan runway untuk memamerkan hasil desain para siswa memperlihatkan betapa tradisi ini tetap bisa relevan di era modern.

“Kami mengusulkan kurikulum baru di mana siswa belajar langsung dari pengrajin Batik Tulis Batang, agar warisan ini tetap hidup,” kata Kepala Program Desain dan Produksi Busana SMKN 1 Warungasem, Erwan.

Sosok seperti Umriyah (85) atau Ma Si’um bisa menjadi inspirasi kebangkitan. Meski usia sudah senja, serta berbagai keterbatasan, Dia masih mampu menciptakan satu hingga dua karya batik tulis biasa setiap bulan.

Batik Rifaiyah Batang, karya seni luhur yang kini terancam punah karena minimnya para pembatiknya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News