Bawa Preman Tetap Dipalak, Hantu Pocong Diserang
Sudah 7 lokasi berbeda kelompoknya mentas di bumi pedas ini. Dari Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, hingga Kota Mataram. Kru pasar malam sebanyak 17 orang.
Belum lagi ditambah, puluhan pedagang yang menempel kemanapun mereka pergi.
“Kita memang sudah seperti keluarga di sini,” ujar Agus.
Matanya memandang beberapa ibu-ibu pemilik stan boneka dan makanan yang tak kalah sibuk membantu mengerikan arena bermain pasar malam rakyat.
Namun, karena yang diusung adalah hiburan, gesekan-gesekan kerap terjadi. Apalagi mereka dianggap sebagai warga luar yang masuk ke desa-desa.
Setiap kali manggung, selalu saja ada preman penguasa wilayah yang datang memalaki mereka.
Meski, sebenarnya Agus sudah berupaya membawa preman juga. Sayang preman penguasa wilayah lebih banyak.
“Untuk menghindari gesekan-gesekan, biasanya kita buat kesepakatan, mereka ambil (karis) parkir, kami cukup dari wahana hiburan saja,” tuturnya.
MEREKA perantau dari Pulau Jawa, secara berombongan. Mencari nafkah hingga pelosok-pelosok desa seantero Nusantara. Kerap dipuja, tapi tak jarang
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408