Bawang Mahal Bukan Karena Siklus Tahunan
Sabtu, 16 Maret 2013 – 03:40 WIB

Bawang Mahal Bukan Karena Siklus Tahunan
JAKARTA--Pemerintah mengklaim jika melonjaknya harga bawang merah dan putih disebabkan karena siklus tahunan. Tetapi klaim tersebut menuai penolakan dari sejumlah peneliti pangan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka mengamati sejak 2009 lalu harga dua bumbu dapur itu tidak memiliki siklus atau acak.
Peneliti sekaligus Ketua Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB Nunung Nuryartono mengatakan, bahan pangan di Indonesia yang memiliki siklus pergerakan harga adalah beras. "Kalau beras itu bisa diketahui bulan-bulan apa harganya bakal naik. Tetapi kalau bawang putih dan merah ini tidak," tandasnya di kantor rektorat IPB, Jumat (15/3).
Nuryartono lantas menyimpulkan jika pernyataan bahwa kenaikan harga bawang merah dan putih ini akibat siklus tahunan tidak valid. Dia menjelaskan jika tren kanaikan harga bawang merah dan putih ini hampir terjadi serentak di sejumlah pasar-pasar induk di pulau Jawa. Pertanyaan selanjutnya, siapakah yang menikmati kenaikan harga bawang merah dan putih tersebut.
"Dari analisis lapangan yang kami lakukan, para petani tidak mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga bawang merah dan putih ini," katanya. Nuryartono menjelaskan harga jual bawang merah dan putih di tingkat petani tetap landai. Di sejumlah sentra tanam bawang merah dan putih, harga dua bahan pangan itu berkisar Rp 5.000 per kg.
JAKARTA--Pemerintah mengklaim jika melonjaknya harga bawang merah dan putih disebabkan karena siklus tahunan. Tetapi klaim tersebut menuai penolakan
BERITA TERKAIT
- Bank DKI Percepat Perbaikan Sistem Transfer Antarbank
- Pelita Air dan Elnusa Berkolaborasi dalam Penyediaan Layanan Penerbangan Korporasi
- Dampingi Komisi XI DPR saat Reses di Pasuruan, Dirjen Bea Cukai Askolani Sampaikan Ini
- Tangerang Jadi Lokasi Terpopuler, LPKR Perluas Penawaran Produk di Park Serpong
- Harga Cabai Rawit Masih Pedas, Sebegini Per Kilogram
- ASIPPINDO Dukung Perluasan Askses Pembiayaan Inklusif Bagi Pelaku UMKM