Bayar Lebih Mahal, Turis Asing Justru Ketagihan
Minggu, 13 Desember 2009 – 08:27 WIB
Ronny memulai mengemas tur itu awal Februari 2008. Awalnya, dengan latar belakang sutradara film pendek dan pemain teater, Ronny sering menemani kolega-kolega seninya dari mancanegara. "Biasanya saya hanya ajak ke museum, ke Ancol, atau ke tempat wisata yang umum. Saya bosan sendiri, mereka juga bosan," ungkapnya, lantas tertawa.
Secara tak sengaja, saat menemani temannya dari Australia, Ronny bertemu dengan Maskun, seorang penjaga menara di Museum Bahari di kawasan Kota, Jakarta. "Lalu, saya tanya di mana rumahnya. Ternyata dekat. Saya lalu ke sana dan bertemu dengan tetangga-tetangganya yang ramah. Ternyata teman saya itu terkesan," katanya.
Nah, saat itu tercetus ide untuk mengajak lebih banyak turis asing ke Luar Batang, kampung Maskun. "Kebetulan saya juga pernah membuat dua film dokumenter di Kampung Galur, Jakarta. Saya ajak juga mereka ke sana," katanya. Film buatan Ronny yang berjudul Eye of the Day dan Shape of the Moon berhasil memenangi World Cinema Award dalam kompetisi Sundance Film Festival, Amerika, pada 2005.
Sejak itu, satu demi satu turis mulai mengontak Ronny. Mereka meminta diantar ke kampung-kampung tersebut. Lalu, Ronny mengoperasikan wisata unik itu dari ruang tamu rumahnya. "Ini memang tanpa modal. Hanya perlu koneksi internet dan line telepon," katanya.
Kini wisata di Jakarta tak melulu Monas, Taman Mini, atau Ancol. Jakarta Hidden Tour, wisata ke area-area tersembunyi di ibukota memberikan alternatif
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas