Bayar Lebih Mahal, Turis Asing Justru Ketagihan

Bayar Lebih Mahal, Turis Asing Justru Ketagihan
ALTERNATIF - Ken, Joanne , Farrel Sean (berkacamata) dan Anneke Rompas (bertopi) di tengah-tengah warga Kampung Luar Batang, Kota, Jakarta. Foto: Istimewa.
VIDA atau Volunteering for International Development from Australia mengetahui aktivitas Ronny. Lembaga yang berbasis di Kent Town, South Australia, itu membantu Ronny mengembangkan tur tersebut menjadi lebih sistematis. "Prinsipnya memang bukan untuk komersial, tapi lebih humanis. Merekatkan hubungan di antara dua budaya yang berbeda," katanya.

Untuk ikut dalam tur tersebut, peserta harus merogoh kocek minimal USD 50 (sekitar Rp 475.000) untuk paket jalan-jalan sekitar tiga jam. Awalnya Ronny dan Anneke hanya mematok tarif USD 20, lalu naik menjadi USD 35. "Mereka (tamu) bilang, kok murah sekali. Padahal, mereka mengaku lebih suka trip ini dibandingkan dengan wisata konevensional yang ada di Jakarta," katanya.

Dari dana itu, Ronny mengaku bahwa 50 persen diberikan untuk warga kampung-kampung yang dikunjungi. Bahkan, sebagian besar turis yang datang tak sungkan memberikan dana lebih untuk orang-orang yang ditemui. "Mereka berbagi dengan tulus. Warga juga tidak meminta, tapi juga turis yang tergerak hatinya," katanya.

Untuk memesan Ronny, tamu cukup SMS atau telepon. Lalu, diatur jadwal yang diinginkan."Titik berangkatnya terserah tamu. Mau dijemput di hotelnya juga bisa," kata pria asli Manado yang sudah 40 tahun di Jakarta itu.

Kini wisata di Jakarta tak melulu Monas, Taman Mini, atau Ancol. Jakarta Hidden Tour, wisata ke area-area tersembunyi di ibukota memberikan alternatif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News