Bayar Lebih Mahal, Turis Asing Justru Ketagihan
Minggu, 13 Desember 2009 – 08:27 WIB
VIDA atau Volunteering for International Development from Australia mengetahui aktivitas Ronny. Lembaga yang berbasis di Kent Town, South Australia, itu membantu Ronny mengembangkan tur tersebut menjadi lebih sistematis. "Prinsipnya memang bukan untuk komersial, tapi lebih humanis. Merekatkan hubungan di antara dua budaya yang berbeda," katanya.
Untuk ikut dalam tur tersebut, peserta harus merogoh kocek minimal USD 50 (sekitar Rp 475.000) untuk paket jalan-jalan sekitar tiga jam. Awalnya Ronny dan Anneke hanya mematok tarif USD 20, lalu naik menjadi USD 35. "Mereka (tamu) bilang, kok murah sekali. Padahal, mereka mengaku lebih suka trip ini dibandingkan dengan wisata konevensional yang ada di Jakarta," katanya.
Dari dana itu, Ronny mengaku bahwa 50 persen diberikan untuk warga kampung-kampung yang dikunjungi. Bahkan, sebagian besar turis yang datang tak sungkan memberikan dana lebih untuk orang-orang yang ditemui. "Mereka berbagi dengan tulus. Warga juga tidak meminta, tapi juga turis yang tergerak hatinya," katanya.
Untuk memesan Ronny, tamu cukup SMS atau telepon. Lalu, diatur jadwal yang diinginkan."Titik berangkatnya terserah tamu. Mau dijemput di hotelnya juga bisa," kata pria asli Manado yang sudah 40 tahun di Jakarta itu.
Kini wisata di Jakarta tak melulu Monas, Taman Mini, atau Ancol. Jakarta Hidden Tour, wisata ke area-area tersembunyi di ibukota memberikan alternatif
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408