Bea Masuk Kakao Bebani Daya Saing
Senin, 03 Januari 2011 – 08:48 WIB
JAKARTA - Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) memproyeksikan produksi kakao pada tahun depan naik sebesar 280 ribu ton. Sebelumnya dalam kurun setahun dari 2009 ke 2010, mereka berhasil menaikkan produksi dari 130 ribu ton menjadi 180 ribu ton. Naiknya produksi kakao dalam negeri tersebut karena pemberlakuan bea keluar yang efektif April 2010 lalu. Sementara pada 2014 pihaknya menargetkan bisa memproduksi sebanyak 600 ribu ton. Dijelaskan, pasar ekspor kakao antara lain ke Amerika, Eropa, Tiongkok dan Timur Tengah. Akan tetapi, dia mengeluhkan, tingginya bea masuk kakao olahan di negara tujuan ekspor tersebut. Disebutkan, tarif masuk kakao sebesar 7-9 persen. Sementara suplai dari negara penghasil di Afrika sebesar 0 persen. "Hal itu membuat kakao olahan kita kurang bersaing," katanya.
Direktur Eksekutif AIKI Sindra Wijaya mengatakan, tambahan hasil produksi tersebut berasal dari pabrik yang kembali beroperasi. "Padahal tahun lalu, banyak pabrik yang sempat menghentikan produksinya. Nah tahun 2010 kembali beroperasi setelah pemerintah mengeluarkan bea keluar," kata Sindra, kemarin.
Baca Juga:
Ditambah, ada produsen yang melakukan peningkatan kapasitas produksi. Dia menyebutkan, di antaranya PT. Cocoa Ventures Indonesia di Medan dan PT. Bumitangerang Mesindotama di Tangerang. "Dua pabrik tersebut beri kontribusi 50 persen dari total produksi nasional. Ke depan, pabrik pengolahan kakao akan bertambah seperti Guan Chong yang berasal dari Malaysia," urainya.
Baca Juga:
JAKARTA - Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) memproyeksikan produksi kakao pada tahun depan naik sebesar 280 ribu ton. Sebelumnya dalam kurun
BERITA TERKAIT
- Shell Membantah Bakal Tutup SPBU di Indonesia
- BTN Raih Penghargaan di Ajang LinkedIn Talent Awards
- Melalui UMK Academy, Pertamina Dukung UMKM Bersaing di Tingkat Global
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan
- Pertamina Regional Indonesia Timur Raih Penghargaan Internasional Best Practice GCSA 2024