Bea Masuk Kakao Bebani Daya Saing
Senin, 03 Januari 2011 – 08:48 WIB
Kendati demikian, lanjut Sindra, prospek industri kakao terutama hilir ke depan bakal potensial. Terutama di pasar domestik yang konsumsi kakao masih rendah, yakni 1 kg per kapita. Sementara di Eropa tingkat konsumsinya sudah mencapai 10 kg. "Misalnya, dengan jumlah penduduk 230 juta dengan asumsi kenaikan konsumsi 1 kg sudah menyerap 230 ribu ton kakao," tandasnya.
Baca Juga:
Sedangkan potensi pasar ekspor masih berlaku untuk negara tertentu. Dia mengatakan, negara yang masih potensial seperti di Asia Pasifik. Seperti di Tiongkok, India dan Korea yang mengalami pertumbuhan rata-rata konsumsi sebesar 20 persen per tahun. Dan, Jepang lebih tinggi yakni mencapai 40 persen. Sedangkan, market Amerika dan Eropa sudah penuh.
Lebih lanjut dikatakan pemerintah harus bisa menjamin pertumbuhan industri kakao. Yakni, peraturan bea keluar yang telah dibuat harus dilaksanakan sebab itu menjamin masuknya investor. "Selan itu, perlu Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk cokelat. Di Eropa, syarat produk coklat harus memakai minyak coklat atau minyak nabatinya dibatasi 5 persen," ucapnya. (res)
JAKARTA - Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) memproyeksikan produksi kakao pada tahun depan naik sebesar 280 ribu ton. Sebelumnya dalam kurun
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Kideco Berkomitmen untuk Menyempurnakan Kualitas Laporan Berkelanjutan
- Shell Membantah Bakal Tutup SPBU di Indonesia
- BTN Raih Penghargaan di Ajang LinkedIn Talent Awards
- Melalui UMK Academy, Pertamina Dukung UMKM Bersaing di Tingkat Global
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan