Bebas Panas Abu Vulkanik berkat Tujuh Bantal
Kisah Warga dan Relawan yang Selamat dari Letusan Merapi
Sabtu, 30 Oktober 2010 – 07:50 WIB

SELAMAT: Poniman dan keluarganya selamat dari awan panas Gunung Merapi. Foto: KARDONO SETYORAKHMADI/Jawa Pos
Entah benar atau tidak, yang jelas, Ponimin memutuskan untuk tidak mengungsi. Dia ditemani istri, dua anak, seorang menantu, dan dua cucunya.Ketika peristiwa itu terjadi, Ponimin baru saja berwudu hendak salat Magrib. Belum sempat masuk rumah karena menunggu istrinya wudu di luar, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Mendadak hawa panas menghampar. Ponimin sadar bahwa Merapi telah muntah dan wedhus gembel telah menimpa rumahnya. Istrinya langsung masuk rumah. Ketika melihat ke sekeliling, Ponimin melihat api di mana-mana. "Saya seperti dikepung api," ungkapnya.
Dia kemudian secepat mungkin masuk ke dalam rumah. Bersama seluruh keluarganya, dia langsung masuk ke dalam kamar berukuran 2,5 x 4 meter. Semua berkumpul. Sebelum menutup pintu, mereka melihat kaca rumah sudah pecah dan api menyala di seluruh rumah. Pria yang menjadi abdi dalem keraton sejak 2001 tersebut kemudian mengucapkan doa-doa bersama keluarganya. Tiba-tiba, plafon kamar ambruk dan api terlihat menyala-nyala di atap rumah. "Kami sekeluarga hanya bisa berdoa," tuturnya.
Bisa dibayangkan betapa paniknya Ponimin sekeluarga. Terkurung dalam sebuah kamar kecil dengan eternit jebol dan rumah yang dilalap api. Belum lagi, suara gemuruh besar dari Merapi menambah ketegangan.
Ketakutan itu baru berkurang sekitar pukul 21.00. Yakni, sesaat setelah api tak lagi menyala-nyala. Kemudian, Ponimin nekat mengintip ke luar. Dia bergegas keluar dan berupaya menyelamatkan diri dengan menyalakan mobil Daihatsu Xenia-nya. Mobil menyala, dia kemudian memundurkan mobil tersebut ke dalam rumah. Tapi, tiba-tiba, duaarrr... ban mobil itu meletus karena terkena abu vulkanik yang masih panas. "Abunya sangat tebal, kira-kira 40 cm," katanya.
Saat ribuan warga turun gunung untuk mengungsi, ada puluhan lainnya yang tetap nekat bertahan. Sebagian tewas dihujani wedhus gembel. Ada sekitar
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara