Bebas Visa dan Temu Kangen Keluarga
Ada tiga kota yang banyak ditinggali orang-orang yang pernah di Indonesia di Tiongkok. Yakni Meichou di provinsi Guangdunshen. Lalu Xiamen di Fujian, dan Haikou. Ada 100 Marga yang memiliki hubungan keluarga dengan orang Indonesia, seperti Liem, Tan, Li, Chia, Liang, Wu, Hoang, Wang dan lainnya. Mereka banyak orang-orang sukses, punya capital dan mampu terbang berwisata keluarga ke Indonesia.
Tiga poin itu, betul-betul mencairkan suasana pertemuan Lin Jin Zao yang didampingi oleh petinggi-petinggi CNTA, seperti Li Shi Hou, Zhu Ning, Xu Hai Jun dan stafnya. Bersama Menpar Arief Yahya, yang didampingi Esthy Reko Astuty, Dirjen Pemasaran Pariwisata, Noviendi Makalam, Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Vinsensius Jemadu, Kepala Pusat Komunikasi Publik, Masruroh, Kasubdit Wilayah Asia, Yan Permana, Staf Dit Promosi Pariwisata Luar Negeri dan Fachrul Rozi, Staf Sesmenpar.
Arief Yahya sering menyebut ini sebagai pasar community (C), pasar yang sangat strategis, loyal, dan fanatik. Pasar, yang proses mencarinya susah, tetapi begitu dapat mereka akan mengikuti dengan loyal. “Ketika ada business (B), punya community (C), ada campur tangan government (G), dan di support media (M), saya makin optimis,” aku pria kelahiran Banyuwangi Jawa Timur ini.
Secara khusus, Lin Jin Zao mengapresiasi Bali, kawasan wisata yang mendunia karena budaya, tradisi, pantai, ombak, dan ramah tamah penduduknya. Bali sangat dikenal, diminati dan diimpikan oleh orang Tiongkok, terutama di daratan. Pembukaan flight Garuda langsung Beijing-Denpasar tiga kali seminggu itu, cukup memberi jalan yang baik. “Pasti akan lebih banyak lagi orang Tiongkok yang berwisata ke Indonesia,” kata Lin Jin Zao.
Tetapi, dia juga mengingatkan soal keamanan transportasi, baik penerbangan, maupun perjalanan laut dan darat. Satu kecelakaan akan menimbulkan efek yang banyak ke depan, karena itu harus diantisipasi. Rupanya, berita soal kecelakaan itu juga sudah menyebar sampai ke pejabat tinggi di China. “Soal asuransi bagi jasa travel dan agency juga perlu mendapatkan perhatian khusus,” lanjut Lin Jin Zao.
Dia juga meminta agar orang yang bisa berbahasa Mandarin juga lebih banyak, terutama di tempat-tempat public, dan perhotelan. Ini penting agar turis bisa berjalan-jalan dengan nyaman dan punya perasaan aman. Karena bisa berbicara dan dimengerti bahasanya. Menpar Arief Yahya langsung menyetujui usul dan saran Chairman Lin Jin Zao itu. Bahkan, ide untuk training pada pemandu wisata Indonesia itu sekalian disampaikan di forum itu.
Arief meminta tolong kepada CNTA untuk membantu training atau pendidik bahasa Mandarin, sekaligus menyampaikan kebiaasaan yang dilakukan wisatawan Tiongkok di luar negeri. Lin Jin Zao pun langsung setuju. Mereka akan membantu pendidikan bahasa Mandarin.
Soal menu makanan, yang membangkitkan selera orang Tiongkok, juga disampaikan Chairman Lin Jin Zao. Di Jakarta, Bali, Batam, mungkin sudah tidak ada persoalan dengan makanan. Karena banyak restoran China yang gurih, asin, pedas-nya sudah standar internasional, sama dengan rasa di restoran-restoran top di Beijing. Tetapi kota-kota lain, pulau-pulau kecil, memang harus mendapatkan perhatian khusus.
Chairman of China National Tourism Administration (CNTA), Li Jin Zao tertarik dan berjanji serius menindaklanjuti usulan bebas visa ke Indonesia.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408