Beberapa Penyebab Likuiditas Perbankan Mengetat
jpnn.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja membeber beberapa faktor yang mengakibatkan likuiditas perbankan mengetat.
Selain pertumbuhan kredit yang telah mencapai double-digit, suku bunga BI 7-day reverse repo rate (BI-7DRRR) yang naik 175 basis poin sejak tahun lalu mulai berdampak.
Salah satunya ialah kenaikan yield obligasi, terutama surat berharga negara (SBN).
Sejak akhir tahun lalu, pemerintah melakukan pre-funding untuk memenuhi kebutuhan anggaran 2019.
Awal tahun ini pemerintah juga mulai agresif menerbitkan surat utang. Salah satunya, instrumen saving bonds retail (SBR005) yang telah diserap pasar Rp 4 triliun.
Kupon surat utang yang menyasar pasar ritel itu cukup tinggi, yakni 8,15 persen per tahun.
’’Kalau BCA jual Rp 2 triliun (di antara target serapan SBR005 Rp 5 triliun), setidaknya 30 persen kan dari dana kami itu. Itu, kan, jadi kanibal. Kami mesti cari replacing-nya. Ini yang terjadi,’’ kata Jahja, Kamis (30/1).
Pemerintah sendiri berencana menerbitkan sepuluh obligasi ritel tahun ini. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi terus berlanjut.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja membeber beberapa faktor yang mengakibatkan likuiditas perbankan mengetat.
- OJK Cabut 15 BPR & BPRS, Cek di Sini
- Kredit Bank Mandiri Catat Pertumbuhan di Atas Rerata Industri Perbankan
- 2 Tips Mencegah Serangan Siber di Sektor Keuangan
- Sunarso Dinobatkan The Best CEO in Digital Brand, BRI Borong 12 Penghargaan Bergengsi
- Keren! bank bjb Raih Sertifikasi Great Place to Work
- Kinerja Positif, Bukopin Makin Optimistis Menghadapi Tantangan 2024