Beberapa Warga Australia Boikot Plebisit Pernikahan Sesama Jenis
Ia menyebut, keputusan untuk mengadakan plebisit atau referendum lewat pos merupakan "improvisasi politik yang sempurna":
"Sekarang ini bukanlah referendum, ini adalah suara dari beberapa warga yang sepenuhnya baru, sukarela, tidak mengikat, tidak wajib," ujarnya.
"Ini adalah sesuatu yang belum pernah kami lakukan dalam pengaturan konstitusional kami. Ini benar-benar tak bisa diterima.”
"Cara ini tak menghormati Parlemen tempat di mana undang-undang kami dibuat. Sungguh mengejutkan bagi saya bahwa kami memasukkan ini ke dalam proses pembuatan undang-undang kami di Australia, ketika kami memiliki sebuah konstitusi."
Warga Australia secara keseluruhan mendukung pemungutan suara sukarela melalui pos. Menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan lembaga Essential yang diterbitkan minggu ini, 43 persen warga mendukung dan 38 persen lainnya menolak.
Orang-orang yang membuat argumen ini ingin memanfaatkan apa yang mereka lihat sebagai situasi yang buruk.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull telah mendesak warga untuk tidak memboikot:
"Saya mendorong agar setiap warga Australia menggunakan hak mereka untuk memilih sikap mereka dalam masalah ini."
Advokat pernikahan sesama jenis, Rodney Croome, mengatakan, sebuah jajak pendapat terhadap 5.000 orang menemukan bahwa 15 persen dari komunitas LGBTI mendukung adanya boikot, sementara lebih dari setengahnya menginginkan sebuah kampanye.
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Anggota Bawaslu Puadi Ingatkan Pengawas Pemilu Jaga Integritas dan Mematuhi UU
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia