Beda Derajat
Oleh Dahlan Iskan
”Sepatu dan baju saya lepas. Biar tidak kotor dan tidak rusak,” ujar Mas Pri mengenang masa SMP itu.
Saya belakangan juga sering mengenang Plaosan. Ke tebing gunung di Plaosan itulah saya sengaja menabrakkan mobil listrik --agar tidak menabrak orang banyak.
Tamat SMP Plaosan Mas Pri harus ngenger ikut pamannya yang di Kediri. Agar bisa melanjutkan sekolah. Ia pun masuk STM di Kediri --jurusan mesin.
Sejak itu Mas Pri menyukai pelajaran bahasa Inggris. Ia belajar keras.
Tamat STM ia sudah percaya diri saat melihat ada lowongan pekerjaan di koran. Akan ada pabrik tekstil baru di Probolinggo. Milik investor asing dari Hong Kong.
Ia pun melamar dan diterima. Sambil menunggu pabrik selesai dibangun Mas Pri disekolahkan ke Hong Kong. Tiga bulan. Ke Filipina, 3 bulan. Ke Australia, 3 bulan.
Siang hari Mas Pri bekerja di pabrik itu. Malamnya membuka kursus bahasa Inggris. Salah satu muridnya adalah putri seorang polisi --itulah istrinya sampai sekarang.
Selama 20 tahun bekerja di perusahaan Hongkong itu Mas Pri sering dikirim ke luar negeri. Yakni ke negara-negara yang mengimpor pakaian dari Probolinggo itu.