Bedah Buku Biografi Gus Yahya, Mengupas Hal Menarik Sejak Lahir
“Analisis sosiologisnya ini sangat kuat, beliau ini kalau dalam tradisi sosiologi ini bisa dibilang sangat Weberian, jadi beliau sangat percaya bahwa realitas sosial itu tidak hanya dibentuk oleh pikiran, bukan hanya normatifitas pikiran saja, bukan hanya filsafat saja, tetapi dibentuk oleh kompleksitas kenyataan yang ada di situ bahkan dorongan-dorongan yang membuat seseorang melakukan sesuatu itu lebih banyak faktor-faktor yang bersifat materiil dibandingkan dengan imateriil,” kata dia.
Selain itu, pemikiran Gus Yahya sangat luas dalam melihat tatanan global ini dan tantangan zaman ke depan serta memberikan sumbangsih atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi.
“Secara gagasan sebetulnya yang menarik dari Gus Yahya ini adalah kemampuan beliau dalam meneropong dalam melihat perubahan global tatanan global ini, ada kesadaran penting di situ kalau kita ingin bicara apa yang perlu dilakukan oleh NU lebih besarnya umat Islam atau Bangsa Indonesia dan lebih besarnya lagi komunitas global,” ulasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai kehadiran Gus Yahya di bursa pencalonan Ketua Umum PBNU sangat tepat, di mana dia bisa memberikan warna baru bagi NU dalam menyelesaikan masalah dengan konektivitasnya, serta bisa memodernisasi organisasi Islam ini ke depan.
“Nah itu juga membuat dia bisa lebih berkomunikasi dengan berbagai macam kelompok yang berbeda. Kalau nanti Gus Yahya jadi ketua Tanfidz PBNU, saya lihat yang akan dilakukan oleh Gus Yahya ini pertama-tama tentu bagaimana bisa membuat organisasi NU ini menjadi lebih modern, sistematis lebih maju dibanding dengan sebelumnya,” kata Qodari dalam bedah buku.
Selain itu, kata Qodari, dalam buku biografi ini, Gus Yahya menerangkan bahwa dalam agama harus beradaptasi karena perjalanan hidup manusia itu akan selalu mengalami perubahan zaman, hingga adaptasi itu sangat penting bagi organisasi NU.
“Gus Yahya itu dalam buku ini mengatakan kita sebagai orang beragama harus melakukan adaptasi. Kenapa, ini yang paling menarik dari buku ini, dia mengatakan bahwa masyarakat itu berubah komposisi, demografi berubah, mobilitas berubah dan norma itu berubah,” ujarnya.
Lebih lanjut Qodari mengatakan dalam pikiran Gus Yahya ada pikiran-pikiran Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Kehadiran Gus Yahya sangat dibutuhkan sebagai penghubung antarumat beragama dan antarbangsa.
Septa Dinata selaku penulis buku buku biografi Gus Yahya mengungkap hal menarik perjalanan hidup dan intelektual calon ketua umum PBNU itu sejak lahir..
- Bedah Buku: Dosen Doktoral IPB Pastikan Teori-Teori Komunikasi Pembangunan Sudah On The Track
- Temui Gus Yahya, Mendikdasmen Prof Mu'ti Berharap Terus Jalin Kerja Sama dengan NU
- Buku Dinasti Keong Demokrasi Mati Resmi Diluncurkan
- Menjelang Pelantikan Prabowo, Gus Yahya Bicara Soal Harapan Besar
- Eksaminasi Perkara Mardani H Maming, Pakar Hukum Sebut SK Bupati Tidak Melanggar UU Minerba
- Tiga Kampus Bedah Buku Paus Fransiskus, Pererat Ikatan antarumat Beragama