Begini Cara BRI Dukung Kemakmuran Desa

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menilai pengelolaan bisnis saat ini makin kompleks seiring perkembangan teknologi.
Menurutnya, situasi tersebut perlu dibarengi dengan kemampuan pengelolaan potensi bisnis yang terbagi dalam wilayah-wilayah terkecil.
Penguasaan data dan informasi pada suatu wilayah tanggungjawab terkecil harus lengkap dan faktual bahkan digital.
Menurutnya, saat teknologi dokumentasi masih manual dan sangat sederhana, lahirnya ketentuan pokok Agraria, undang-undang terkait gula hingga tata ruang lahan pertanian termasuk kehutanan telah menimbulkan konsekuensi positif atas perekonomian khususnya Jawa.
Pulau Jawa yang berbukit, curah hujan tinggi, dengan penduduk padat berhasil dikelola dengan sistem administrasi warisan Hindia Belanda untuk keuntungan ekonomi dan sosial.
"Bagaimana bisa? Karena pengelolaan wilayah direpresentasikan dengan pembagian lahan produktif dan non produktif, ada persawahan, ladang, kebun dan tanah-tanah hutan," ujar Supari dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (25/5).
Dia mencontohkan tata kelola hutan misalnya, dibagi dalam unit-unit wilayah yang dikelola oleh kesatuan tertentu, mulai dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Resor Pengelolaan Hutan (RPH) hingga petak-petak hutan.
Supari menjelaskan rancang bangun wilayah hutan yang produktif dimulai dari identifikasi dan inventarisasi tipe lahan, aliran sungai dan sosial budaya ekonomi masyarakat setempat.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan setidaknya ada 27 ribu Mantri BRI di 83 ribu desa tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
- Agustina Sukses Bawa Semarang jadi Kota Pionir Inklusi Sosial
- Bigbox AI dari Telkom: Solusi Data Crawling untuk Bisnis di Era Digital
- Dukung UMKM, DWP BKSDN Kemendagri Gelar Bazar Kuliner Ramadan
- Bea Cukai Dorong Peningkatan Ekspor dari 2 Daerah Ini Lewat Sinergi Berbagai Instansi
- Pesona Kuliner Halal di PIK: dari Pedas hingga Manis
- Sandiaga Uno: Istikamah Jadi Kunci OK OCE Memperluas Bisnis dan Lapangan Kerja