Begitu Jarang Abaya
Oleh Dahlan Iskan
Entahlah…
Saya memang ikut jadi ‘korban’. Kecil-kecilan. Pesawat dari Jakarta ke Doha, ibu kota Qatar, harus lebih lama. Tambah setengah jam. Jadi 9 jam.
Pesawat itu harus berbelok-belok. Sebelum memasuki wilayah Qatar. Harus terbang di atas laut: Selat Hormuz. Mengikuti lekukan selat itu. Tidak bisa lurus melewati udara Arab Saudi.
Demikian juga dari Qatar ke Lebanon. Harus muter ke atas udara Mesir. Menjadi 4, 5 jam. Yang mestinya hanya 3 jam.
Bukan saja menghindari udara Saudi. Tapi juga harus menghindari langit Syria yang lagi perang.
Tentu saya tidak perlu menulis betapa modernya kota Doha. Qatar memang kaya raya. Sumur gasnya terbesar di dunia. Hanya kalah di minyak. Tapi dunia modern lebih memilih gas daripada minyak.
Saya memilih ke museum. Yang dibangun di atas laut. Sambil memandang gedung-gedung pencakar langit Doha. Dari seberang lautnya. Juga memandang masjid modernya. Di sisi yang lain.
Alam pikiran saya pindah dari proyek-proyek stadion masa depan ke sejarah masa lalu.