Bekerja di Pedalaman Australia Mengubah Persepsi Orang Indonesia Tentang Masyarakat Aborijin

Bekerja di Pedalaman Australia Mengubah Persepsi Orang Indonesia Tentang Masyarakat Aborijin
Bekerja di Pedalaman Australia Mengubah Persepsi Orang Indonesia Tentang Masyarakat Aborijin
Bekerja di Pedalaman Australia Mengubah Persepsi Orang Indonesia Tentang Masyarakat Aborijin Photo: Yutthika Addina bekerja melayani pembeli di toko komunitas Papunya.

"Keterbatasan bahasa Inggris dari saya dan mereka kadang menjadi hambatan. Tak jarang saya dibentak atau diomeli karena salah memahami mereka. Awalnya memang membuat saya sedih tapi lama kelamaan saya menyadari begitulah cara mereka berkomunikasi," kata Yutthika.

"Berteriak dan menegur ketika salah adalah hal yang biasa bagi mereka. Karena latar belakang saya orang Sumatra Barat, di keluarga biasa berbicara keras, rasanya seperti marah-marah padahal tidak."

Yutthika mengatakan dia tidak pernah mengalami konflik yang serius dengan warga.

"Dengan orang dewasa sering berdebat tapi tidak ada persoalan yang besar. Kadang saya memperingatkan, mereka merespons dengan ngotot. Tapi hanya saat itu saja, setelah itu mereka bercanda, mengajak tertawa," kata dia.

Bagi Yutthika, masalah yang cukup mengganggu adalah kenakalan anak sekolah, yang tepat berada di sebelah toko.

"Ada aturan mereka tidak boleh masuk ke toko saat jam sekolah. Tapi mereka sering malas masuk kelas, dan masuk ke toko, saya harus kejar-kejaran untuk mengusir mereka," kata Yutthika.

"Anak-anak di sana sangat kompak. Dan saya salut pada kemampuan mereka untuk memperbaiki barang, seperti sepeda rongsokan dari junk yard mereka perbaiki."

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News