Belajar dari Aceh, Reduksi Konflik Papua Dengan Dialog
Kamis, 27 September 2012 – 11:05 WIB
Ia menilai jika hak ekonomi sosial budaya (ekosob) sudah dipenuhi maka ada keyakinan bahwa tindakan pelanggaran bisa dieliminir. Pasalnya dengan perasaan tak adanya keberpihakan inilah muncul berbagai front untuk bersuara. Dan keterlibatan pemuda di balik front tersebut kian subur. "Kalau dilaksanakan maka kelompok terpinggirkan ini harus ikut diundang, jangan yang hanya di kota saja," sarannya.
Plt. Kepala Sekretariat Komnas HAM Perwakilan Papua, Frits Ramandey menceritakan bahwa persoalan Papua sejatinya tak jauh dengan Aceh kala itu. Malah Aceh berangkat dari persoalan yang terjadi di Papua, tapi kenyataannya sekarang Papua belajar dari Aceh. Yang membedakan proses penyelesaian persoalan antar Papua dan Aceh adalah pada pihak ketiga.
Penyelesaian persoalan di Aceh ada wasit yang netral sedangkan Papua tidak. Namun alternatif lain yang bisa digunakan adalah menggunakan wasit lokal yang memiliki otoritas. Dari penyampaiannya sempat terlontas beberapa nama seperti Willy Mandowen, Thaha Al Hamid, Pastor Neles Tebay dan Herman Awom yang selama ini sudah menggagas dan mengedepankan proses dialog.
Frits juga menyebut bahwa TNI bisa ikut berkaca dengan melakukan hal serupa bercermin pada sosok Pangdam Lumintang termasuk Polda pada Kapolda, Made Mangkupastika. Sedangkan Pemda belajar pada sosok Fredy Numberi.
JAYAPURA - Merespon niat pemerintah pusat untuk menggelar dialog Jakarta-Papua untuk menyelesaikan akar persoalan yang selama ini terjadi di Papua,
BERITA TERKAIT
- Minta Kenaikan Tarif Air Bersih Ditunda, Francine Widjojo: PAM Jaya Harus Perbaiki Dahulu Kebocoran
- Sempat Buron, Tersangka Korupsi Pengelolaan Mal Pinrang Ditangkap di Bekasi
- 1.818 Honorer Tanah Bumbu Ikuti Seleksi Kompetensi PPPK, Ini Pesan Pak Rusdiansyah
- Ketua Fraksi Gerindra Minta Pemkab Pandeglang Perhatikan Fasilitas Kebencanaan
- Seleksi Kompetensi PPPK, 1.351 PTT & THL Harus tetap Fokus
- Hujan Deras Semalaman, Kabupaten Sukabumi Dikepung Bencana