Belajar dari Lebaran 2020, Jumlah Covid-19 Meningkat Setelah Mudik

jpnn.com, JAKARTA - Epidemiolog mendukung pemerintah menegakkan aturan larangan mudik Lebaran tahun ini. Selain itu, epidemiolog berharap tempat yang menimbulkan kerumunan, seperti destinasi wisata, ditutup untuk mencegah penularan Covid-19.
"Peraturan harus konsisten dan ditegakkan secara konsisten," kata Epidemiolog Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada dr Riris Andono Ahmad.
Riris berharap masyarakat menyadari mudik bisa menjadi momentum penyebaran virus. Menurut dia, salah cara meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak mudik, dengan penegakkan aturan.
Menurutnya, secara teori kombinasi penindakan tegas dan kesadaran akan bahaya Covid-19 bisa mencegah masyarakat melakukan mudik.
"Tokoh publik dan influencer juga bisa memberikan pemahaman yang sama," ujar Riris.
Kesadaran masyarakat bahwa kasus Covid-19 masih tinggi saja belum cukup. Menurut Riris, masyarakat juga harus mematuhi larangan pemerintah.
"Antara sadar dan kemudian tidak melakukan, kan suatu yang berbeda. Kita sadar bahwa rokok berbahaya tetapi kalau perokok ya tetap merokok," tegas Riris.
Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengakui melarang masyarakat mudik Lebaran cukup sulit.
Pemerintah melarang masyarakat mudik setelah belajar dari kasus sebelumnya, jumlah orang terpapar Covid-19 signifikan setelah masa liburan.
- Arus Mudik Lebaran Lancar, Anggota DPR Apresiasi Kerja Keras Korlantas Polri
- Mudik Lebaran 2025, 1,9 Juta Kendaraan Keluar Jakarta Hingga 1 April 2025
- Polisi Perketat Patroli Rumah Kosong, RT/RW Waspadai Orang Asing
- Dedi Mulyadi: Mudik Lebaran 2025 Jauh Lebih Baik Dibandingkan Tahun Sebelumnya
- One Way Nasional di Tol Cikatama-Kalikangkung Dihentikan
- Selamat Lebaran 2025, Pertamina Tetap Beroperasional 24 Jam