Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (1)

Sejak Bayi Latihan Sembunyi di Bawah Meja

Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (1)
Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (1)

Nama lain lembaga itu adalah Tachikawa Life Safety Learning Centre. Didirikan pada 26 April 1992 di atas lahan seluas 2.440 meter persegi, bangunan itu terdiri atas empat lantai dan dua lantai bawah tanah. Lembaga in berada dalam koordinasi di bawah Tokyo Fire Department (Departemen Pemadam Kebakaran Tokyo).

Tujuan utamanya agar warga Jepang mampu menyelamatkan diri dan keluarganya jika terjadi kondisi darurat. Misalnya, gempa bumi (jishin). Hampir tiap hari jishin -meski kadang dalam skala kecil- terjadi di seluruh wilayah Jepang.

Jawa Pos yang menginap di Akasaka, kawasan tengah Tokyo, merasakannya secara langsung, berturut-turut, dan kebetulan selalu malam hari. Skalanya memang tak terlalu besar, tapi cukup untuk membangunkan kita dari tidur.

Negara asal Doraemon itu memang berada dalam jalur strategis lempeng besar gunung berapi dunia. Di negeri itu ada 108 gunung berapi aktif, 13 di antaranya sangat aktif. Gempa terakhir yang memakan korban jiwa terjadi Juni tahun lalu di kawasan pemandian air panas Kurikawa, Jepang Utara. Tapi, yang paling dikenang oleh warga Jepang adalah traged gempa Kobe 1995 yang menewaskan 4.571 orang, melukai 14.678 orang, dan mengakibatkan 222.127 orang kehilangan tempat tinggal. Gempa Kobe juga merusak dan meruntuhkan lebih dari 120.000 bangunan Bosai-Kan menggunakan model experimental learning. Artinya, pengunjung yang datang tak hanya diceramahi, tapi diajak merasakan kondisi darurat secara langsung sekaligus metode penanganannya.

Berdiam di negeri yang terletak di jalur lempeng gunung berapi plus angin topan, rakyat Jepang terbiasa menghadapi berbagai risiko bencana alam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News