Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (1)
Sejak Bayi Latihan Sembunyi di Bawah Meja
Jumat, 27 Februari 2009 – 06:27 WIB
Setelah semua pengunjung (tiap sesi tur terdiri atas minimal 4 orang), film kemudian diputar. Isinya tentang sebuah keluarga yang harus menghadapi gempa. Bersamaan film diputar, kursi digetarkan. Makin lama makin semakin keras. Tujuannya agar penonton seakan-akan terlibat dalam film sebagai aktornya.
Khan Sopirom, warga Kamboja yang duduk di samping Jawa Pos, tampak memejamkan mata. Redaktur Rasmei Kampuchea Daily, koran terbesar di Pnom Penh, itu mengaku pusing. "Padahal, ini hanya film, saya sudah mual, bagaimana kalau sebenarnya ya?" katanya.
Pertanyaan Khan langsung dijawab. Setelah melihat film, tamu diajak masuk ke ruang simulasi gempa. Ada semacam panggung yang bentuk dan luasnya dibuat sama persis dengan standar dapur rata-rata orang Jepang, yakni 3,5 x 3,5 meter. Lengkap dengan lemari es, rak, meja makan, dan kompor gas. Panggung itu didongkrak dengan sistem hidrolik hingga setengah meter di atas lantai.
"Nanti ada gempa sampai skala 7. Lihat baik-baik cara menghadapinya," kata Reiko. Dia lalu memberi contoh bagaimana menghadapinya. Pertama, meneriakkan sekeras-kerasnya kata gempa sambil sembunyi di bawah meja. "Gunakan istilah (gempa) negara masing-masing," tambahnya.
Berdiam di negeri yang terletak di jalur lempeng gunung berapi plus angin topan, rakyat Jepang terbiasa menghadapi berbagai risiko bencana alam.
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala