Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (1)
Sejak Bayi Latihan Sembunyi di Bawah Meja
Jumat, 27 Februari 2009 – 06:27 WIB
Di lantai dua, tamu diajari cara melakukan CPR (cardio pulmonary resuscitation atau pertolongan dengan memompa dada dan napas buatan) dengan boneka dummy yang dilengkapi alat pengukur. Jika tiupan tak kuat, dada boneka tak mengembang dan nilai tak keluar. Juga, jika posisi bibir penolong tidak tepat menyumpal bibir si dummy.
Setelah latihan CPR, pengunjung diajari memakai tabung pemadam kebakaran. Air asli dipakai dan disemprotkan langsung, tapi hanya pada "api" yang menyala di layar komputer. Jika tekniknya tepat, "api" itu akan mengecil lalu padam. Nilai dihitung dari kecepatan mengambil, membuka, dan menyemprotkan tabung secara presisi.
Selain itu, ada ruang asap yang mengajarkan cara keluar dari gedung penuh asap. Lorongnya dibuat sempit dan asapnya pekat. "Oksigen lebih mudah didapat jika kita dekat dengan lantai, jadi jongkok atau tiarap sambil mencari jalan keluar," kata Reiko.
Jika lelah berlatih, Bosai-Kan menyediakan ruang istirahat lengkap dengan permainan video game bencana untuk anak-anak. Karena desainnya yang dibuat warna-warni, anak kecil menjadi lebih betah. "Kita ingin menanamkan kesadaran mereka secara perlahan-lahan di bawah sadar tanpa terasa berat," katanya.
Berdiam di negeri yang terletak di jalur lempeng gunung berapi plus angin topan, rakyat Jepang terbiasa menghadapi berbagai risiko bencana alam.
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala