Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (2)

Unit Kepala Anjing Cairkan Ketegangan Dua Negara

Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (2)
Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (2)
''Kami mengambil lokasi di dekat pantai, apa itu namanya... Ban...turu, Ban...turuan,'' katanya. Bantul maksud Anda? ''Ya, Banturu,'' katanya dengan susah payah berusaha menyebut nama kabupaten yang berada di selatan kota Jogjakarta itu.

Yoshiki dan Tokyo Hyper Rescue memang sudah terbiasa membantu negara-negara sahabat yang sedang menghadapi musibah bencana. Di Indonesia, tim berseragam oranye itu masuk sejak 1997, saat ada kebakaran hebat di Jambi. Saat tsunami menggulung Aceh pada 2004, mereka juga langsung mengirim bala bantuan.

Saat kebakaran semak besar di Victoria akhir Januari lalu, Hyper Rescue juga mengirim alat dan personel ke Negeri Kanguru. ''Ada semacam kesamaan jiwa antarpemadam kebakaran di seluruh dunia. Sekali bertemu, cukup menyebut saya fire fighter, maka sudah langsung bisa saling bantu. Tidak melihat bangsa atau bendera,'' katanya.

Yang juga cukup bersejarah saat tim Hyper Rescue membantu korban gempa Sichuan di Tiongkok pada 12 Mei 2008. Gempa besar itu menewaskan lebih dari 70 ribu orang. Saat itu kondisi psikologis diplomatik dua negara sedang kurang begitu baik. Tapi, unit berlambang kepala anjing itu tak peduli dengan politik. Dengan semangat, mereka menggali, mencari, dan merawat korban-korban yang tertimpa reruntuhan.

Selain bencana alam, pemerintah Jepang sangat waspada bahaya kebakaran. Mereka punya tim khusus yang diberi nama Tokyo Hyper Rescue. Tak sembarang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News