Belajar Pola Circular Economy, Sulap Sampah jadi Cuan

Belajar Pola Circular Economy, Sulap Sampah jadi Cuan
Webinar Nasional Circual 'Circular Economy Sampah Jadi Cuan'. Foto: dok STIE Kasih Bangsa

Dalam pemaparannya Yanti menjelaskan Komunitas Pelanusa (Pelangi Nusantara) pertama kali hadir karena kerasahan yang ada di daerahnya.

Kala itu, dia melihat tingginya angka pernikahan di Kabupaten Malang yang membuat banyak kaum perempuan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak.

“Angka pernikahan di Kabupaten Malang cukup tinggi membuat banyak kaum perempuan sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Bahkan, daerah ini sempat menjadi kantong Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang di mana mereka pergi ke luar negeri tanpa keterampilan yang layak dan pulang dengan banyaknya masalah,” ucap Yanti.

“Kemudian saya bersama teman-teman berusaha ‘mengompori’ mereka untuk tidak perlu lagi menjadi TKW dan mengajarkan beberapa skill-skill yang bisa mereka serap. Kemudian di sinilah Pelanusa berperan untuk membantu wanita-wanita membuat kerajinan yang kini Alhamdulillah telah mendunia,” tambahnya.

Yanti menambahkan Komunitas Pelanusa terus tumbuh dan mendapatkan banyak penghargaan yang dijadikan sebagai bonus usaha mereka selama ini.

Meski demikian, social business mandiri mereka lakukan berhasil membuat ruang kreatif masyarakat dan barang-barang yang dihasilkan telah Go Export ke luar negeri.

“Budaya Zero Waste juga terus kami gaungkan meskipun tidak mudah mengurangi penggunaan plastic dengan memberi solusi menggunakan Reusable Bag yang fashionable dari karya tangan Pelanusa. Budaya ini terus dilakukan dan berjalan sampai saat ini,” tuturnya.

Kunci utama Komunitas Pelanusa masih bergerak sustainable hingga saat ini, menurut Yanti, karena adanya Green Economy.

Belajar menerapkan pola circular economy berarti membeli, memakai, dan mendaur ulang barang-barang yang kembali dapat dimanfaatkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News