Belajarlah Walau Harus ke Negeri India
Rabu, 23 Februari 2011 – 03:33 WIB
Masih banyak deretan daftar ’’jangan ini, jangan itu’’ yang saya kantongi sebelum ke Negeri Acha Acha itu. Sampai-sampai saya sempat patah hati dan menjadi manusia paranoid. Saya cek suhu badan dengan thermometer, sebelum berangkat, setelah mendarat, dan tiap hari selama di sana.
Baca Juga:
Catatan itu betul-betul membuat ciut nyali saya. Tapi apa boleh dikata daripada sakit di negeri orang yang jauhnya 5 jam penerbangan dari Singapura.
Saya heran, mengapa kawan-kawan saya begitu cara melihat India? Seperti sebuah negeri penuh dengan bakteri atau sejenis monster kecil yang sedang mencari sasaran manusia-manusia seperti saya. Saya juga heran, mengapa mereka kok melihat saya seperti barang pecah belah, yang harus ditempel stiker fragile.
Kenapa sih kalian ini? Sepertinya aku sudah kehilangan daya tahan atau terinfeksi HIV AIDS aja" Please deh! Antibodi saya masih normal, bro! Sampai saat-saat mau pulang, masih saja banyak request.
SEBELUM menapakkan kaki ke India, saya diceramahi banyak kawan yang pernah ke sana. Bawa Imodium, bro! Jangan lupa Diatab, obat sakit perut! Hindari
BERITA TERKAIT
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing