Belajarlah Walau Harus ke Negeri India
Rabu, 23 Februari 2011 – 03:33 WIB
Dari sekian banyak hal yang disarankan itu, yang paling unik adalah jangan langsung bersentuhan dengan penjemput, begitu mendarat di Soekarno-Hatta. Sekalipun sudah melewati Changi Airport Singapore" Entah itu dengan anak, keluarga, sanak saudara, kawan, dan siapa saja penjemputnya. Cek dulu suhu tubuh, demam apa normal" Cek dulu masih ada uang kertas Rupee apa tidak"
Karantina dulu! Jika perlu masukkan ke dalam incubator raksasa, yang sudah ada ruangan penghisap kuman-kuman dan bakteri yang menumpang gratis lewat bagasi" Kalau perlu masukkan dulu ke ruang isolasi, dengan tekanan udara tinggi, yang betul-betul steril. Jika perlu melewati ruangan yang disemprot gas antiseptik!
’’Ingat!’’ kata dia. “Begitu turun dari pesawat, loe masuk ke Terminal II, terus cari ruangan, ganti baju, ganti celana, termasuk celana dalam, dan kaus kaki! Masukkan ke plastik, ditali rapat-rapat dengan karet, lalu dibawa ke dry clean!” tuturnya. Lalu? ’’Semprot tangan kalian dengan alcohol 70 persen! Sampai di rumah, mandi dulu yang bersih!” biar bebas kuman.
Kurang ajar betul mereka, kok meracuni saya dengan pesan-pesan tidak masuk akal. Mereka kan juga manusia normal, sama-sama makan nasi dan kare ayam.
SEBELUM menapakkan kaki ke India, saya diceramahi banyak kawan yang pernah ke sana. Bawa Imodium, bro! Jangan lupa Diatab, obat sakit perut! Hindari
BERITA TERKAIT
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing