Belajarlah Walau Harus ke Negeri India

Belajarlah Walau Harus ke Negeri India
Belajarlah Walau Harus ke Negeri India
Lama, otak saya bertengkar dengan saran-saran mereka itu. Sampai akhirnya saya berpikir, mereka sudah kelewat batas dan hiperbola! Lebih bombastis dari judul-judul koran! Sama kencangnya dengan anggota-anggota dewan yang terhormat di Senayan dalam beradu debat soal angket pajak" Tidak elok didengar oleh orang-orang India.

Tapi, ’’warning’’ yang disampaikan kawan-kawan itu cukup memaksa saya lebih untuk lebih berhati-hati. Antara ’’perasaan was-was’’ dan ’’psikopat.’’ Jadi ingat pelajaran zaman SD dulu, usaha preventif lebih baik daripada kuratif. Menjaga lebih afdol daripada mengobati.

Tidak salah juga, setelah 4 hari di Mumbai, kota yang dinilai paling maju di India. Saya bahkan bisa menambah puluhan daftar ’’Jangan ini, jangan itu’’ lagi. Jakarta yang sering dibilang kotor dan kaki lima yang tidak higienis, itu jauh lebih bersih dari pada penjaja tepi jalan di India.

Pemandangan seperti mencuci baju di jalan, menyikat gigi di depan rumah-rumah kakilima (bukan hanya pedagang yang berkaki lima, red), kumuh, berlepotan debu dan kotor, membuat kita enggan membuka jendela mobil. Sekalipun hanya untuk sekadar mengambil gambar foto, berat rasanya tangan hendak membuka pintu jendela.

SEBELUM menapakkan kaki ke India, saya diceramahi banyak kawan yang pernah ke sana. Bawa Imodium, bro! Jangan lupa Diatab, obat sakit perut! Hindari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News