Belangkon Merah
Oleh: Dahlan Iskan
Berarti saat berpidato nanti beliau juga harus pakai bahasa Jawa. Beliau menyanggupinya.
Saya pun memulai acara dengan sambutan dalam bahasa Jawa. Rahayu. Lancar.
Lalu tiba giliran Pak Harmoko berpidato. Semua mengira akan baik-baik saja. Toh, beliau termasuk orang yang bisa mendalang wayang kulit.
Ternyata lucu sekali. Beliau menyerah di menit kelima.
"Saya mengaku kalah," katanya. Pidatonya pun dilanjutkan dengan bahasa Indonesia.
Pun Ibnu Sunanto. Bahasa Jawanya sudah kecampur 30 persen bahasa Indonesia. Masih untung. Tidak kecampur bahasa fintech.
Begitu sulit mempertahankan budaya Jawa yang katanya adiluhung itu.
Akan tetapi saya kagum dengan Ibnu Sunanto. Jagat bisnisnya adalah fintech. Uang digital. Aplikasi online, tetapi kehidupan rohaninya sangat Jawa.
Pemilik padepokan itu tahu perasaan risi saya: dia pun mengambil belangkon cadangan. Warna merah. Belangkon gaya Yogyakarta. Bukan gaya Raja Jawa dari Solo.
- Arasoft Dorong Digitalisasi Pendidikan di Indonesia
- Cucun Hadiri Kolaborasi Medsos DPR RI dengan Masyarakat Digital di Lembang
- Kokkang Ibunda
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Bergodo Kebogiro
- Tyas A Fatoni Apresiasi Prestasi Dekranasda Sumut di Gebyar Kreasi Nusantara