Belanja Harus Pakai Sidik Jari
jpnn.com - CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro kembali memantik sensasi. Awal pekan ini pemimpin 51 tahun itu menerbitkan kebijakan baru terkait dengan sistem jual beli di supermarket.
Khusus barang-barang kebutuhan pokok, supermarket di seluruh Venezuela harus menerapkan sistem sidik jari.
Maduro memperkenalkan sistem sidik jari tersebut untuk mencegah penyelundupan dan kekurangan barang.
"Tujuannya, mencegah masyarakat membeli lebih dari satu barang yang memang menjadi kebutuhan pokok," jelas pengganti mendiang Presiden Hugo Chavez itu sebagaimana dilansir BBC kemarin (22/8). Tetapi, kebijakan tersebut langsung menuai protes kalangan oposisi.
Oposisi Venezuela menentang rencana Maduro itu. "Ini berarti pemerintah mencurigai seluruh warga Venezuela sebagai pencuri," ungkap seorang tokoh oposisi.
Selain itu, mewajibkan konsumen melakukan rekam sidik jari merupakan salah satu bentuk pelanggaran privasi. Pemerintah seharusnya berbenah diri untuk mencegah penyelundupan dan penimbunan barang pokok tersebut.
Apalagi 40 persen barang-barang kebutuhan pokok masyarakat Venezuela selalu diselundupkan ke Kolombia. Sebab, di negara itu harga komoditas pokok Venezuela selalu lebih tinggi.
"Barang yang diselundupkan ke Kolombia sebenarnya lebih dari cukup untuk menyesaki rak-rak supermarket. Kita tidak akan kekurangan seperti sekarang," tutur Jenderal Efrain Velasco Lugo, jubir militer. (BBC/hep/c20/tia)
CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro kembali memantik sensasi. Awal pekan ini pemimpin 51 tahun itu menerbitkan kebijakan baru terkait dengan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan