Belanjalah Lebih Sedikit, Mari Selamatkan Dunia!
Siapa yang tidak suka belanja? Kebanyakan diantara kita sangat menggemarinya, bahkan ada sebutan berbelanja untuk sebuah terapi.
Kita hidup di jaman dimana kebanggaan diri diukur pada barang-barang terkini yang kita miliki, seberapa mahal harganya, dan bahkan seberapa tinggi Anda bisa menjualnya.
Apakah kita ketagihan dengan berbelanja? Bisakah kita berhenti mengeluarkan uang?
Direktur Ekonomi dari The Australia Institute, Richard Denniss berbagi pemikirannya, yang diambil dari bukunya berjudul 'Curing Affluenza: How to bue less stuff and save the world'.
Ia berpendapat yang pertama kali harus dilakukan adalah membedakan antara konsumerisme dan materialisme.
"Konsumerisme adalah kesenangan membeli barang, aksi membeli sesuatu, adanya sensasi saat masuk toko dan mencari-cari barang... sementara materialisme adalah kecintaan terhadap objek atau barang," ujarnya kepada program Nightlife milik Radio ABC Darwin.
"Jadi bayangkan saat Anda membeli sepatu baru, atau baju baru, di satu sisi ada kesenangan karena membelinya, ini adalah konsumerisme. Tapi ada juga kecintaan akan barang itu sendiri."
Menurutnya jika kita benar-benar mencintai sepatu, mobil, motor yang sudah dimilika, maka kita tidak akan membuangnya. Sebaliknya kita justru akan menjaga dan menyayangi barang-barang tersebut untuk jangka lama.
- Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025
- Misinformasi Soal Kenaikan PPN Dikhawatirkan Malah Bisa Menaikkan Harga
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen
- Dunia Hari Ini: Pemerintah Korea Selatan Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat
- Jakarta Punya Masalah Kucing Liar, Penuntasannya Dilakukan Diam-diam
- Dunia Hari Ini: Ada Banyak Pertanyaan Soal Kecelakaan Pesawat Jeju Air