Belanjalah Lebih Sedikit, Mari Selamatkan Dunia!
Siapa yang tidak suka belanja? Kebanyakan diantara kita sangat menggemarinya, bahkan ada sebutan berbelanja untuk sebuah terapi.
Kita hidup di jaman dimana kebanggaan diri diukur pada barang-barang terkini yang kita miliki, seberapa mahal harganya, dan bahkan seberapa tinggi Anda bisa menjualnya.
Apakah kita ketagihan dengan berbelanja? Bisakah kita berhenti mengeluarkan uang?
Direktur Ekonomi dari The Australia Institute, Richard Denniss berbagi pemikirannya, yang diambil dari bukunya berjudul 'Curing Affluenza: How to bue less stuff and save the world'.
Ia berpendapat yang pertama kali harus dilakukan adalah membedakan antara konsumerisme dan materialisme.
"Konsumerisme adalah kesenangan membeli barang, aksi membeli sesuatu, adanya sensasi saat masuk toko dan mencari-cari barang... sementara materialisme adalah kecintaan terhadap objek atau barang," ujarnya kepada program Nightlife milik Radio ABC Darwin.
"Jadi bayangkan saat Anda membeli sepatu baru, atau baju baru, di satu sisi ada kesenangan karena membelinya, ini adalah konsumerisme. Tapi ada juga kecintaan akan barang itu sendiri."
Menurutnya jika kita benar-benar mencintai sepatu, mobil, motor yang sudah dimilika, maka kita tidak akan membuangnya. Sebaliknya kita justru akan menjaga dan menyayangi barang-barang tersebut untuk jangka lama.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata