Belanjalah Lebih Sedikit, Mari Selamatkan Dunia!
"Jadi dalam buku saya disebutkan bukan berarti kita berhenti mencintai barang kepemilikan kita, tetapi jika tiap tahunnya membuang 60 juta ton barang-barang dan makanan yang tidak dimanfaatkan, maka kita telah membeli barang-barang yang tidak dimanfaatkan."
Richard mengatakan tiap-tiap orang tentu memiliki kebebasan untuk membeli barang-barang yang diinginkannya.
"Silakan saja kalau mau beli sepatu baru, tapi kalau beli sepatu baru setiap akhir pekan, maka ini bukan lagi tentang sepatunya yang membuat Anda senang, tetapi proses membelinya," jelasnya.
"Jika proses membeli ini kemudian menjadi kecanduan, Anda tak akan pernah lelah untuk terus melakukannya, tapi Anda juga tidak akan merasakan kebahagiaan."
Hentikan budaya membuang-buang barang
Richard berpendapat Australia, sebagai salah satu negara terkaya di dunia, dengan memiliki 'budaya membuang-buang barang' telah membuat orang-orangnya malah merasa miskin.
Ia menceritakan di tahun 1930an, di saat dunia mengalami depresi ekonomi, Australia justru cukup kaya untuk berinvestasi di sektor infrastuktur yang bertahan ratusan tahun, bahkan masih dinikmati oleh generasi masa kini.
"Apakah kita cukup kaya untuk melakukan hal yang sama? Ternyata tidak, kita sedang ambruk. Pasti pernah mendengar laporan soal nenek tua di panti jompo yang menderita kekurangan gizi, di sini, di Australia."
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata