Beli Kursi di Langit

Beli Kursi di Langit
Beli Kursi di Langit
Tapi, naik pesawat murah (biasa disebut budget airlines) juga tidak menderita. Meski kalah dengan Garuda, tapi kelas ekonominya tidak kalah dengan Silk Air yang mahal. Toh waktu kedatangannya sama saja: 2 jam. Saya memang sudah lama ingin mencoba pesawat murah untuk Singapura. Motifnya: ingin melihat budget terminal di Changi.

Sejak tahun lalu bandara Singapura memiliki empat terminal: terminal 1, terminal 2, terminal 3, dan terminal murah (budget terminal). Terminal 1, 2, dan 3 berada dalam satu wilayah yang dihubungkan dengan kereta khusus. Terminal 1 paling sederhana, terminal 2 lebih mewah, dan terminal 3 mewah sekali. Sedangkan terminal murah (untuk penerbangan-penerbangan murah) berada terpisah yang tidak ter-connect dengan tiga terminal lainnya. Saya ingin sekali melihatnya. Satu-satunya cara sudah tentu kalau saya naik pesawat murah.

Saya check-in agak telat hari itu. Karena itu, saya mendapat tempat duduk sangat belakang: dekat toilet. Saya sudah berusaha minta agak depan, tapi tidak ada lagi yang kosong. Padahal, saya harus cepat-cepat keluar dari pesawat agar bisa antre paling depan di imigrasi nanti. Dari bandara, saya harus langsung ke tempat acara perkawinan yang waktunya sudah mepet.

Begitu masuk pesawat, saya lihat kursi deretan depannya kosong. Saya ingin duduk di situ, tapi pramugari berkeras minta boarding pass untuk melihat nomor kursi saya. Maka, saya pun ketahuan harus duduk di belakang. Sambil berjalan ke belakang, saya lihat dua deret kursi di bagian tengahnya kosong. Yakni di deretan dekat pintu darurat. Saya ngotot mau duduk di situ saja: daripada di dekat toilet.

SEJAK Mandala dikenal cukup on time, banyak orang pindah ke penerbangan itu. Termasuk saya. Garuda sudah terasa terlalu mahal. Apalagi Mandala juga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News