Belum Meyakini Dulmatin Mati

Wawancara dengan Umar Abduh, aktivis Pergerakan Islam

Belum Meyakini Dulmatin Mati
Belum Meyakini Dulmatin Mati
Dulmatin itu dilatih taktik perang, dan menggunakan senjata. Tidak mungkin dia memilih revolver untuk mempersenjatai diri. Pastinya dia akan memilih FN atau Baretta. Lagi pula, seorang jenderal tidak mungkin ditinggalkan begitu saja oleh pengawalnya. Dalam keadaan apapun pasti dikawal. Lalu, tampak sekali ini sandiwara, masak untuk menangkap seseorang yang bersenjata revolver saja, harus dibombardir. Dulmatin, disebutkan hanya melepaskan tembakan satu kali, sedangkan polisi berkali-kali. Ini kan lucu.

Jangan remehkan kemampuan dan kecerdasan Dulmatin. Dia bukan orang sembarangan. Selain dilatih taktis perang, dia juga menguasai teknologi. Kan lucu, tertangkap disebuah warnet sedang browsing. Mungkin dia (mayat yang disebut Dulmatin), termasuk dalam organisasi dan tengah merencanakan sesuatu. Tapi tak mungkin itu Dulmatin.

AS bahkan menawarkan sepuluh juta dolar AS untuk siapapun yang mengetahui keberadaan Dulmatin. Hal ini jelas menjadi ukuran betapa berpengaruhnya gembong teroris yang juga dicari pemerintah Filipina itu.

Menurut pemerintah AS, pria peranakan Jawa-Arab bertinggi 172 cm, berat 70 kg, dan warna kulit coklat ini adalah ahli elektronik yang pernah berlatih di kamp Alqaidah di Afghanistan. Menurut Asia Pacific Foundation, Dulmatin adalah sedikit diantara anggota militan yang mampu merakit dan meledakan bom klorat dan nitrat.

Aksi penangkapan sejumlah teroris yang berawal dari Aceh, dimana pelaku berakhir diujung laras senjata Detasemen Khusus 88, menyebabkan berbagai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News