Belum Usung Capres, Golkar Jadi Partai Aneh
Rabu, 11 Februari 2009 – 15:01 WIB
Dijelaskannya, dalam penetapan capres nantinya, Golkar bisa kembali mengulang skenario Pemilu 2004 yang terbelah dalam 2 faksi. Ada faksi Golkar resmi dan yang tidak resmi. Faksi Golkar resmi dapat dilihat dari dukungan suara Golkar yang akan dijagokan Jusuf Kalla sebagai kandidat Ketua Umum Golkar. "Kita belum tahu dukungan Partai Golkar akan dibawa ke mana itu. Apakah jadi wakil SBY atau capres sendiri," ujar Denny.
Baca Juga:
Bersamaan dengan itu, arus deras dukungan Golkar tak resmi juga bertiup yang dihembuskan dari kader Golkar yang berseberangan dengan JK. Soal suara akan dibawa ke mana, tergantung pada hasil pemilu legislatif April mendatang. "Kalau yang menang PDIP, akan dibawa ke PDIP. Pada waktunya Jusuf Kalla akan diganti sebagai ketua umum," tegas Denny.
Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena secara riil kekuatan Golkar merata, seperti ada kelompok Surya Paloh dan Akbar Tandjung. Jadi tidak seperti partai lain yang begitu patron terhadap satu tokoh. "Jadi nanti akan pecah itu. Tapi gejala pecahnya saat ini disimpan rapi. Jadi pada 2010 akan terjadi perebutan Ketua Umum Partai Golkar,” imbuh Denny.
Menurut dia, permasalahan di Golkar, tidak hanya soal capres dan cawapres, tapi juga siapa the next ketua umum. Apalagi, jika Jusuf Kalla tidak menjadi wapres. Makanya ada kelompok Jusuf Kalla dan ada yang tidak," prediksinya. (Fas/JPNN)
JAKARTA - Sebagai partai pemenang Pemilu 2004, saat ini Golkar menjadi partai aneh karena hingga kini belum memiliki capres dan cawapres yang akan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Nilai IKIP Kaltim Meningkat, Masuk Tiga Besar Nasional
- Yorrys Raweyai: DPD Akan Mengawal Proses Pembangunan PIK 2 Tangerang
- BPMK Lanny Jaya Diduga Potong Dana Rp 100 juta dari 354 Kampung
- Kipin Meraih Penghargaan Utama di Temasek Foundation Education Challenge
- Sri Mulyani: Setiap Guru adalah Pahlawan yang Berkontribusi Besar bagi Kemajuan Indonesia
- Kerugian Negara Hanya Bisa Diperiksa BPK, Ahli: Menjerat Swasta di Kasus PT Timah Terlalu Dipaksakan