Benang Kusut KBI dan Interpelasi
Senin, 16 April 2012 – 05:58 WIB
Jaringan mereka inilah nanti (termasuk pabrik-pabrik penggilingan beras) yang akan menjadi anggota KBI sekaligus menjadi anggota pasar fisik komoditas. Kalau BUMN pangan calon-calon anggota KBI ini sudah eksis dan tertata, baru kita melangkah ke yang lebih hilir: pergudangan. Tanpa sistem pergudangan yang baik, tidak mungkin sistem perdagangan komoditas berjangka ini berjalan.
Semua komoditas harus masuk gudang. Bukan gudang biasa, tapi gudang bersertifikat. Sekarang ini, jangankan gudang bersertifikat, berapa potensi gudang yang tersedia saja masih belum terkoordinasi. Pergudangan kita harus jadi kekuatan ekonomi yang penting.
Senin lalu saya perlu berkunjung ke Kalibaru Timur. Di situlah PT BGR (Bhanda Ghara Reksa) berkantor. Inilah BUMN yang bergerak di bidang pergudangan. BGR memiliki gudang sendiri sebanyak 160 buah, tapi seluruh gudang yang dikelolanya 615 buah. Itu belum cukup. Gudang-gudang milik BUMN lain harus dalam satu koordinasi. Misalnya, gudang milik Bulog, gudang milik Pertani, dan gudang milik Pusri. Bahkan, gudang-gudang milik pemerintah, seperti milik Kementerian Perdagangan, juga harus tergabung dalam sistem pergudangan nasional.
Kalau tahun ini sektor hulu sudah selesai ditata, giliran tahun depan sektor pergudangan menjadi fokus kita. Sertifikasi gudang harus diurus mulai tahun ini agar tahun depan bisa mengikuti pola pergudangan yang sudah dipelopori PT BGR. Menurut Dirut PT BGR Mulyanto, perbankan kita sudah mulai mengakui pentingnya peran gudang bersertifikat dalam sistem pembiayaan nasional. "Barang yang ada di gudang bersertifikat sudah bisa diagunkan. Kami tinggal mengeluarkan bukti simpan. Bukti simpan ini sudah menjadi surat berharga," kata Mulyanto.
ADA sebuah BUMN yang sebenarnya penting, tapi bernama PT KBI: Kliring Berjangka Indonesia. Bukan karena namanya itu yang salah, tapi memang sejak
BERITA TERKAIT