Benarkah Tradisi Fine Dining sudah Mati?

Benarkah Tradisi Fine Dining sudah Mati?
Benarkah Tradisi Fine Dining sudah Mati?

Pengumuman tutupnya sejumlah restoran di Sydney seperti Rockpool, Movida dan Marque, dunia kuliner menjadi bertanya-tanya apakah konsep jamuan makan resmi atau fine dining sudah mati?

Tidak mungkin, kata sejumlah juru masak atau chef terkenal dari Melbourne dan Sydney, yang beralasan akan selalu ada tempat bagi jamuan makan resmi atau fine dining, sama seperti akan selalu ada tempat untuk haute couture meskipun terjadi kenaikan tren pakaian aktif (activewear).

Mark Best, yang menutup restoran Marque Mereka di Sydney setelah beroperasi selama 17 tahun, mengesampingkan gagasan kalau penutupan restorannya dan restoran lainnya menandakan kematian dari fine dining.

"Kami mengumumkan akan menutup restoran Kami, lalu kemudian Movida juga melakukan penutupan disusul Rockpool, orang-orang kemudian muncul dengan respon yang cukup sentimental,” katanya.

"Kami hanya melakukan 350 penjualan dalam sepekan, tapi ini bukan berarti kematian jamuan makan resmi. Saya secara pribadi perlu membuat perubahan dan hendak harus membuat keputusan terbaik.”

Di Smith Street, Collingwood, salah satu pusat jajanan kuliner di Melbourne, dapur di restoran Ides sibuk sekali, mereka tengah mempersiapkan menu istimewa pada hari Minggu.

Benarkah Tradisi Fine Dining sudah Mati?
Juru masak di Melbourne, chef Peter Gunn.

Supplied: Rebecca Newman

Menu tersebut akan ditujukan bagi mendiang juru masak Amerika Charlie Trotter,yang mempelopori menu-menu lezat mereka.

"Menu pertama yang Kami sajikan adalah daging domba muda giling (truffled lamb tartare), Daging domba dan jamur Truffle panggang, jadi memang cukup sederhana dengan beberapa minyak zaitun dan kemudian itu dilumuri beberapa sendok saja, dan kemudian ada beberapa jamur Prancis, "kata juru masak Restoran Ides, chef Peter Gunn.

Gunn menjelaskan event hari Minggu sebagian besar diselenggarakan untuk menanggapi rumor mengkhawatirkan yang beredar di dunia kuliner, kalau jamuan makan resmi sedang sekarat.

"Memang semakin sedikit restoran fine dining, tapi tidak mati,’ katanya.

Gunn membenarkan pertanyaan yang banyak muncul mengenai generasi juru masak terbaik mendatang – alumni atau anak didik dari restoran terkemuka yang tidak membuat sendiri restoran jamuan makan resmi atau fine dining.

Tren budaya makan memang berubah, dimana kehidupan masyarakat semakin sibuk daripada sebelumnya – dari pada berlama-lama tinggal di satu tempat untuk makan malam, Mereka mungkin memilih melakukan minum pendahuluan di sebuah bar anggur, baru selanjutnya menyantap burger atau menikmati es krim di jalan.

Namun fenomena seperti ini tidak tampak mengganggu Gunn.


"Orang-orang menyukai hal-hal yang lebih baik dalam hidup, ada banyak orang di luar sana yang memiliki lebih banyak uang daripada saya yang selalu makan di restoran fine dining, Mereka tidak akan tertarik untuk pergi ke makan burger atau es krim, Mereka ingin steak, Mereka juga ingin makan es krim yang ditaburi buah, begitu cara menyantap makanan yang mereka inginkan,” katanya.

Benarkah Tradisi Fine Dining sudah Mati?
Sementara tren kuliner telah berubah, juru masak mengatakan akan selalu ada permintaan untuk sajian makanan terbaik atau top-class food.

Supplied: Rebecca Newman

Editor majalah kuliner Delicious, Kerrie McCallum mengatakan pada News Corp kalau pergeseran ke arah menyantap makanan yang santai (casual dining) sudah menjadi gejala dalam kehidupan kita.

"Kita bahkan sekarang menjadi orang yang lebih bergaya pakaian santai, lihat saja munculnya tren berbaju santai (athleisure) dan sudah matinya gaya berpakaian lengkap dengan tiga potong baju. Gaya pakaian sesuai waktu - trainers merupakan brogues baru," katanya.

Mark Best mengatakan Ia belum melihat bukti pasti dari orang-orang yang tidak merasa risih pergi keluar dengan masih menggunakan pakaian olahraga mereka untuk menyantap makanan yang enak.

"Maksudku, Saya kira jika Anda adalah seorang wartawan dan juga ibu yang sibuk dan telah berkutat menulis artikel seharian Anda mungkin akan tetap mengenakan pakaian yang Anda kenakan untuk pergi makan, tapi orang lain yang berpikir kalau konsumen kami berpakaian dengan bagus, Mereka tentu saja akan memiliki pergi keluar dan menikmati diri mereka sendiri dan berinteraksi,”

Dan terkait dengan Restoran Attica milik Ben Shewry yang menjadi satu-satunya pemenang lokal dalam daftar 50 Restoran Terbaik Dunia, Best mengatakan hal itu hanya karena masalah geografi saja.

"Perwakilan Australia dalam daftar ini lebih karena tirani jarak saja dan bukan karena mampu mendapatkan suara melalui pintu,” katanya.

"Saya kira Anda akan melihat daftar itu akan berubah ketika World's 50 Best datang ke Melbourne tahun depan, mungkin tahun-tahun berikutnya Anda akan mendapati perwakilan restoran terbaik Australia yang sesungguhnya,”

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini. Diterjemahkan: 22:02, 20/06/2016 oleh Iffah Nur Arifah


Pengumuman tutupnya sejumlah restoran di Sydney seperti Rockpool, Movida dan Marque, dunia kuliner menjadi bertanya-tanya apakah konsep jamuan makan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News