Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?

"Nanti terkuak LSM yang dibiayai oleh negara asing. Nanti terkuak media-media yang pemilik sebenarnya adalah orang asing," lanjutnya.
Anti kekuatan asing dan antek asing?
Kegandrungan Prabowo menunjuk hidung kekuatan atau antek asing sebenarnya sudah terekam sebelum ia berkuasa.
Saat kampanye Pilpres tahun 2024 lalu di Jawa Tengah, misalnya. Narasi ini ia gunakan untuk meyakinkan calon pemilihnya.
"Masa depan kita gemilang, masa depan kita bagus, masa depan kita gemilang. Kalau ada yang nakutin-nakutin rakyat, jangan terlalu didengerin," kata Prabowo (28/01).
"Jangan-jangan mereka itu antek-antek bangsa asing yang selalu mau Indonesia selalu miskin, Itu dari dulu mereka selalu menggarong kekayaan kita," sambungnya.
Atau bahkan pada kampanye Pilpres 2019 saat ia tengah membahas peran aparat penegak hukum.
"Kau adalah tentara rakyat! Kau adalah polisinya rakyat, seluruh rakyat Indonesia. Kau tidak boleh mengabdi kepada segelintir orang, apalagi sampai kau membela antek-antek asing, apalagi kau bela-bela antek-antek!" serunya sambil menggebrak-gebrak podium.
Yang dilakukan Presiden Prabowo, dengan mengabaikan substansi dan fakta di baliknya, mengingatkan saya pada konsep chosen trauma dan chosen glory sebagai langkah yang bisa diambil seseorang untuk menyatukan sebuah bangsa.
Menuduh adanya antek asing bisa jadi hanyalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari kesalahan pemerintah dengan cara memanipulasi rasa patriotisme rakyat
- Prabowo dan Presiden Mesir Bahas Situasi Gaza Palestina
- Prabowo Sebut Pemerintah Qatar Bakal Investasi USD 2 Miliar untuk Danantara
- Menteri Anggap Jokowi sebagai Bos Dinilai Tak Loyal kepada Prabowo
- Soal Evakuasi 1.000 Warga Gaza ke Indonesia, Pengamat Beri Catatan Kritis Buat Pak Prabowo
- Indonesia-Mesir Sepakat Tingkatkan Hubungan Bilateral Jadi Kemitraan Strategis
- Perang Dagang China-AS, Prabowo Bimbang Keduanya Teman Baik