Bendera LGBT

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Bendera LGBT
Ilustrasi hubungan sesama jenis. Foto: Dokumen JPNN.com

Tidak ada lokalitas dan tidak ada local wisdom. Demokrasi dan hak asasi manusia harus diterima di seluruh dunia, dan negara-negara yang menolak akan diisolasi dan bahkan diserang dengan kekuatan militer.

Itulah sisa-sisa mental kolonialisme dan imperialisme yang sekarang masih kental di negara-negara barat.

Dulu masih ada komunisme yang menjadi antitesa barat, tapi sekarang komunisme ambruk dan kapitalisme-liberalisme memproklamasikan diri sebagai kekuatan tunggal dunia. ‘

’The end of history’’, sejarah telah berakhir dengan runtuhnya komunisme Uni Soviet pada 1990.

Nilai-nilai kapitalisme dan liberalisme manjadi penguasa dunia yang harus diadopsi oleh semua negara.

Keengganan menerima nilai universal itu akan berakibat pengucilan dan serangan militer. Irak dan negara-negara Timur Tengah menjadi korban serangan militer. Banyak negara yang menjadi korban isolasi karena menentang nilai-nilai universal paksaan.

LGBT menjadi simbol liberalisme-kapitalisme yang sekarang mulai mengibarkan bendera di seluruh dinia dan memaksakanannya sebagai nilai yang harus diadopsi dan dihormati manusia seluruh dunia.

Sama dengan hak asasi dan demokrasi, LGBT dianggap sebagai nilai universal yang harus diterima dan dihormati di seluruh dunia.

Pamer bendera LGBT secara terbuka menunjukkan arogansi Inggris yang merasa lebih pandai dalam hal toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News