Bendera LGBT

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Bendera LGBT
Ilustrasi hubungan sesama jenis. Foto: Dokumen JPNN.com

Keengganan untuk menerima nilai universal ini akan berujung pada pengasingan dan penyerangan. Kampanye LGBT berlangsung masif didukung oleh negara-negara superpower dunia bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan trans-nasional paling top di seluruh dunia.

Penjajahan kolonial di masa lalu mempergunakan karya sastra seperti novel dan puisi untuk memperkuat legitimasinya. Itulah inti kritik Edward Said dalam ‘’Culturer and Imperialism’’ (1996). Sekarang, pola itu kembali diterapkan.

Kampanye dukungan terhadap LGBT dilakukan secara masif oleh industri perfilman Hollywood dan media besar di Amerika dan Eropa.

Publik seluruh dunia keranjingan dan tergila-gila oleh tokoh-tokoh superhero rekaan Hollywood. Superhero seperti Superman digambarkan sebagai sosok manusia sakti mandraguna yang bisa terbang dan punya kekuatan ekstra untuk menghancurkan kejahatan.

Kekuatan dan kehebatan Superman identik dengan kejantanan yang macho. Akan tetapi, itu cerita lama. Versi terbaru menggambarkan Superman sebagai manusia yang mempunyai orientasi seksual yang menyukai sesama jenis.

Dalam salah satu episode digambarkan Superman mempunyai hubungan romantis dengan sesama laki-laki.

Dengan kampanye yang sedemikian masif sangat mungkin anak cucu kita melihat bahwa LGBT adalah sesuatu yang harus diterima sebagai bagian dari keberagaman. Siapa lagi idola yang dipuja oleh anak-anak milenial sekarang kalau bukan para selebritas dan superhero?

Pengibaran bendera pelangi di Kedutaan Besar Inggris menjadi warning bagi bangsa Indonesia, supaya bersiap untuk menghadapi perang budaya dan peradaban yang masif melawan LGBT. (*)

Pamer bendera LGBT secara terbuka menunjukkan arogansi Inggris yang merasa lebih pandai dalam hal toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News