Benih Bermutu Tonggak Penentu Hasil Produksi Cabai

Benih Bermutu Tonggak Penentu Hasil Produksi Cabai
Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto bersama petani cabai di Desa Slemanan, Kecamatan Udanawu. Foto: Kementan

"Perhatikan kedua jenis cabai ini. Secara fisik tidak bisa dibedakan mana yang terkena virusnya, meski kita tahu asal tanamannya sudah terserang. Ini jangan ditanam," perintah pria akrab dipanggil Anton ini.

Dirinya menerangkan, hasil penelitian mengungkapkan jika memakai benih cabai yang terserang virus ini nantinya produksi tanaman akan menurun drastis. Penurunan bisa mencapai 50 persen dan lama masa panen juga ikut berkurang.

Blitar Mandiri Benih

Kontradiksi dengan konsumen, petani cabai khususnya Blitar tengah menikmati harga bagus. Kendati demikian, efek kenaikan harga akibat menunggu panen raya tidak serta merta membuat petani di atas angin

"Harga bagus yakni Rp 68 - 70 ribu per kg artinya ini menggembirakan petani. Meski demikian kami juga menghendaki harga kembali ke kisaran normal Rp 25 ribu per kg. Lagi pula kami tidak terpengaruh harga, harga naik atau jatuh kami tidak terpengaruh. Kami menanam cabai turun - temurun dan mengembangkan benih sendiri," ujar Ketua Gapoktan Mangun Karso, Purnomo.

Petani di sini, kata Purnomo, juga berprofesi sebagai penangkar cabai. Lahan di pekarangan rumah dimanfaatkan sebagai areal pengembangan benih. Benihnya pun dijual hingga ke Malang dan Jawa Barat. Harga mulai Rp 120 per polybag.

"Jadi petani di sini tidak pernah menemui kendala dalam hal pemenuhan benih. Kami memproduksi sendiri dan hasilnya bisa dilihat seperti sekarang ini," imbuh Purnomo bangga. (jpnn)


Pemerintah terus berupaya untuk menjaga stabilitas pangan di tanah air, terutama cabai.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News