Benih Kebencian kepada Rohingya Mulai Tumbuh di Bangladesh
Kepala Polisi Distrik Cox's Bazar Ikbal Hossain mengungkap masalah lain yang tak kalah meresahkan: Narkoba.
Puluhan juta pil metamfetamin masuk ke Bangladesh dari Myanmar melalui Cox's Bazar dan gembong narkoba sering menggunakan Rohingya sebagai bagal untuk membawa narkotika ke kota-kota terdekat.
Paling tidak 13 Rohingya ditembak mati dalam apa yang dikatakan polisi sebagai baku tembak dengan petugas sementara diduga membawa ribuan pil yaba.
Kehadiran mafia narkotika pada gilirannya menyebabkan kekerasan di dalam kamp. Tingkat kejahatan dan pembunuhan di kamp pengungsi bahkan sudah lebih tinggi daripada statistik nasional.
Kepala polisi Hossain mengatakan sekitar 318 pengaduan pidana telah diajukan terhadap Rohingya sejak Agustus 2017 - termasuk 31 kasus pembunuhan. Tetapi para ahli memperingatkan bahwa jumlah pembunuhan di kamp-kamp Rohingya jauh lebih tinggi daripada jumlah yang dikutip oleh polisi.
Semua ini jelas menambah ketidakpercayaan penduduk setempat.
Rabeya Begum, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dusun Madhurchhara dekat Kutupalong mengatakan bahwa para pengungsi kadang-kadang melakukan kekerasan. Dia mengaku takut karena jumlah mereka yang banyak.
"Kami tidak merasa aman di malam hari tetapi saya tidak bisa begitu saja meninggalkan rumah saya. Tanah saya yang lain akan ditempati oleh para pengungsi," katanya kepada AFP.
Ketika ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh dua tahun lalu, sebagian besar masyarakat setempat menyambut dengan tangan terbuka. Kini semua berubah
- Pemkot Pekanbaru Mengalami Kendala Pindahkan 277 Pengungsi Rohingya
- Dunia Hari Ini: Perdana Menteri Bangladesh Mengundurkan Diri
- 7 Nelayan Aceh Terdampar di Myanmar, Kemlu RI Turun Tangan
- Bea Cukai Kawal Ekspor Perdana 36 Ton Biji Pinang Belah Asal Jambi ke Bangladesh
- 51 Pengungsi Rohingya Sudah Tiba di Langkat
- Kabar Terkini Muslim Rohingya di Myanmar, Makin Mengenaskan