Bentrok Berdarah di Mesir

Bentrok Berdarah di Mesir
Bentrok Berdarah di Mesir
Sejak Hosni Mubarak lengser pada 11 Februari lalu, Tahrir Square menjadi basis kelompok prodemokrasi. Hingga kemarin, ratusan aktivis masih berkemah di pusat gerakan revolusi Mesir itu. Kabarnya, mereka akan terus bertahan di sana sampai pemerintahan baru mampu mewujudkan tuntutan yang diajukan. Terutama untuk menegakkan demokrasi di setiap lini pemerintahan.

Selain itu, kelompok prodemokrasi menuntut pemerintahan baru memutuskan hubungan dengan rezim lama. Salah satu caranya, menyingkirkan seluruh kroni Mubarak dari pemerintahan baru. Kelompok kristiani pun mengimbau pemerintahan baru lebih memedulikan mereka supaya tidak ada lagi kerusuhan SARA seperti yang terjadi awal tahun ini.

Sayang, sejak Mubarak lengser, polisi pun seperti lenyap dari Kairo. Meski bibit kerusuhan berkali-kali muncul di Tahrir Square, pemerintahan baru tidak meningkatkan pengamanan di sana. Pemerintahan baru yang didukung penuh militer itu hanya menempatkan dua tank di halaman Egyptian Museum of Antiquities di sebelah utara Tahrir Square. Jumlah serdadu dan polisi yang siaga di sana pun tidak banyak.


Demo Yaman Juga Bentrok

Sementara itu, seorang pendukung Presiden Ali Abdullah Saleh dilaporkan tewas saat bentrok dengan demonstran anti pemerintah di Provinsi Hadramaut, selatan Yaman. Kelompok anti pemerintah dari suku Nahd melepaskan tembakan ke arah kelompok loyalis di dekat Kota Siyun.

KAIRO -- Gejolak pascarevolusi masih terus terjadi di Mesir. Satu hari setelah kabinet baru Negeri Piramida itu dilantik, bentrok berdarah kembali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News