Benturan Kepentingan Ancam Program Obama
Imbas Keberhasilan Partai Republik Kuasai Kongres AS
jpnn.com - Penguasa Kongres Amerika Serikat (AS) berganti. Mulai Januari nanti, Partai Demokrat bakal kehilangan kekuasaan legislatifnya di Senat. Sebaliknya, Partai Republik yang selama ini hanya menguasai House of Representatives alias DPR kian memantapkan pengaruhnya setelah merebut kendali atas Senat.
---
PEMILU Sela Selasa lalu (4/11) menjadi gerbang Republik untuk mengendalikan Kongres AS. Sebagai lembaga legislatif, Kongres AS berkuasa penuh menyusun undang-undang (UU). Tetapi, untuk mengesahkannya, Kongres AS membutuhkan persetujuan Presiden Barack Obama. Dalam titik tersebut, Kongres AS harus bekerja sama dengan pemimpin 53 tahun itu.
Pergantian penguasa Kongres AS di tengah masa pemerintahan presiden tersebut memaksa Obama mengubah peta politiknya. Dia harus melakukan banyak penyesuaian dengan Republik terkait dengan kebijakan dan perundangan. Ebola dan senjata kimia Syria akan menjadi dua topik internasional yang berpotensi memantik perdebatan panjang Obama dan Kongres AS.
''Dengan memenangkan Republik, rakyat AS menghukum Obama. Tepatnya, kelemahan-kelemahan Obama,'' terang Raghida Dergham dalam artikel yang dia tulis untuk harian Al-Hayat. Perempuan yang sempat menjadi pengamat politik NBC dan MNSBC itu menyatakan, sebagian masyarakat Negeri Paman Sam mulai lelah menghadapi Obama yang terlalu lamban mewujudkan perubahan.
Karena lelah menunggu gebrakan Obama, rakyat AS lantas mengalihkan mandat tersebut kepada Kongres AS. ''Sebenarnya, tujuan rakyat hanya satu. Yakni, membuat Obama gerah dan segera bertindak,'' ujar Dergham. Senada dengan kolumnis senior itu, National Review mengungkapkan pendapat yang sama. Mereka lantas menyarankan Republik untuk tidak terlalu mencolok dalam pemerintahan.
''Jangan (ikut) memerintah,'' saran National Review kepada Kongres AS. Selama Obama masih duduk di kursi pemerintahan, dialah yang bakal membawa nama baik AS. Karena itu, Republik harus bersepakat dengan Obama dalam beberapa hal. Terutama mengenai kebijakan politik pemerintah. Selama Obama efektif menjalankan pemerintahan dan memiliki hak veto, menurut dia, Republik tidak perlu mengganggu.
Apabila Republik ngotot menerjemahkan kemenangan mereka sebagai tiket untuk mengendalikan pemerintahan, mereka salah. Demikianlah pendapat tokoh-tokoh senior Partai Demokrat. Menurut mereka, pemerintahan Obama tidak akan mudah digulingkan meski dengan cara ekstrem sekalipun. Presiden keturunan Kenya tersebut juga sudah berjanji bertahan sampai masa jabatannya berakhir.
Setidaknya, ada dua topik yang menjadi perhatian Obama dan bakal dia perjuangkan mati-matian. Yakni, imigrasi dan perubahan iklim. Jika perlu, suami Michelle itu akan menggunakan hak vetonya untuk membungkam Kongres AS. Obama menginginkan perundangan imigrasi yang lebih humanis. Itu tidak selaras dengan Republik yang menuntut ketegasan.
Sementara itu, mengenai perubahan iklim, Obama bakal mewajibkan seluruh kawasan industri dan masyarakat AS untuk mengurangi emisi karbon. Sebagai presiden yang peduli lingkungan, Obama sangat memperhatikan perubahan iklim dan pemanasan global. Untuk itu, bapak dua anak tersebut rela mengucurkan banyak dana demi menyelamatkan masa depan generasi muda lewat lingkungan.
Jumat waktu setempat (7/11) Obama menegaskan bahwa agenda politik yang sudah terlanjur dia susun akan tetap berlangsung. Antara lain, kerja sama dalam bidang nuklir dengan Iran. Sayangnya, isu tersebut tidak terlalu populer pada kalangan politisi Republik. Partai berlambang gajah itu tidak yakin AS bakal menuai dukungan. Apalagi rangkaian dialog dua negara tidak pernah membuahkan kesepakatan.
Republik pun sudah menyusun berbagai agenda politik untuk menggoyang pemerintahan Obama. Yakni, membahas kembali proposal jaminan kesehatan, reformasi pajak, serta kebijakan bahan bakar dan subsidi pendidikan. Sebelumnya, topik-topik tersebut sudah mendapatkan restu Kongres AS. ''Tidak banyak yang bisa kita lakukan sampai muncul presiden baru,'' ungkap seorang politikus Republik.
Bibit-bibit perdebatan mulai mewarnai transisi Kongres AS. Khususnya Senat yang sebelumnya didominasi kubu Demokrat. ''Republik akan terus berupaya menjegal kebijakan Demokrat dengan berbagai cara,'' kata David Karpf, staf pengajar, kepada George Washington University. Strategi itu, menurut dia, akan mengalihkan perhatian publik dari panggung politik AS sampai pemilihan presiden (pilpres) tiba.
Paul Waldman, pengamat politik sekaligus kolumnis The Washington Post, menyarankan Republik agar tidak terbawa emosi. ''Sebisa mungkin hindari berkonfrontasi dengan pemerintah pada topik-topik besar seperti anggaran dan belanja negara. Dengan demikian, Republik akan menuai simpati warga,'' usulnya. Simpati publik lah yang lantas akan mengantarkan Republik pada kemenangan pilpres.
Saat ini masyarakat AS menginginkan pemerintahan yang tegas. Yakni, pemerintahan yang tidak lagi menumpahkan darah para putra bangsa di negeri asing. Masyarakat juga berharap memiliki pemerintahan yang mampu menyelamatkan warganya dari ancaman virus mematikan semacam ebola. ''Satu hal yang saya tahu, saya akan menjadi orang yang sangat sibuk di sepanjang sisa masa jabatan ini,'' papar Obama. (CNN/BBC/huffingtonpost/c20/hep/fat)
Penguasa Kongres Amerika Serikat (AS) berganti. Mulai Januari nanti, Partai Demokrat bakal kehilangan kekuasaan legislatifnya di Senat. Sebaliknya,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kemlu Pastikan Tak Ada WNI Jadi Korban Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Korsel
- CDC: Kasus Norovirus di Amerika Serikat Terus Meningkat Tajam
- Mahasiswa Asing Diminta Kembali ke Amerika Sebelum Pelantikan Donald Trump, Ada Apa?
- 50 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Udara Israel di Dekat RS Kamal Adwan
- Japan Airlines Tunda 14 Penerbangan Akibat Serangan Siber
- Gencatan Senjata Mandek, Hamas Salahkan Israel