Berakit-Rakit ke Hulu, Berenang Renang ke Tepian

Berakit-Rakit ke Hulu, Berenang Renang ke Tepian
Pimpinan Redaksi INDOPOS saat melakukan wancara dengan sang Entrepreneurship, Ciputra di kediamannya Pondok Indah, Jakarta Selatan, kemarin (13/10). Foto: Fery Pradolo/INDOPOS

”Tidak ada entrepreneur yang tiba-tiba enak, tiba-tiba sukses besar, tanpa proses yang berdarah- darah. Tidak ada dalam sejarah, juga tidak tersimpan dalam kamus bisnis manapun. Sudah sukses pun, dia tidak boleh berhenti berinovasi, harus menemukan cara baru, mencari skema baru, benefit baru, dan terus menerus menaikkan level kewirausahaan,” ucap Ir Ciputra dengan mimik serius.

Dia menuturkan itu berangkat dari pengalaman pribadinya, dan juga kisah-kisah triliuner di manapun di muka bumi. Bagaimana implementasi prinsip ”bersusah-susah dulu” itu bagi pemerintahan mendatang? Sementara pemerintah sering ”takut” kehilangan muka, ”takut” rusak citranya, ”takut” turun imagenya, sehingga lima tahun ke depan, dia akan dilupakan rakyat.

Rakyat sudah terlalu sering dijanjikan dengan buaian kata-kata indah, alias PHP –pemberi harapan palsu–. ”Karena itu, rakyatpun harus siap untuk bersusah-susah dulu, agar endingnya bersenang- senang kemudian,” kata Ciputra.

Contoh yang konkret adalah pembangunan sektor perumahan rakyat. Rumah adalah salah satu kebutuhan rakyat yang sangat esensial, paling dasar, selain soal pangan dan sandang. Tiga komponen kebutuhan elementer manusia, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Melalui rumah sehat, ”revolusi mental” yang pernah diusung Presiden Terpilih Joko Widodo dan Wapres Terpilih Jusuf Kalla selama masa kampanye itu bisa menjadi harapan baru bagi rakyat. Dia contohkan Singapore. Negara yang berjuluk Singa Putih itu sukses menyediakan hunian bagi seluruh warganya, berkat program Central Provident Fund (CPF). CPF di sana sebenarnya mirip dengan Taperum – Tabungan Perumahan Umum—untuk PNS di Indonesia.

Bedanya, CPF diberlakukan pada karyawan swasta. CPF dibentuk untuk menjamin kebutuhan pensiunan, investasi, rumah, dan kesehatan warga Singapore. ”Lebih dari 90 persen kepemilikan rumah di Singapore dapat terjadi karena pemanfaatkan tabungan CPF,” jelas Ciputra.

Program CPF di Singapore ini mewajibkan penyertaan dana dari perusahaan pemberi kerja sampai dengan 16 persen gaji kotor, dan dari karyawan 20 persen dari gaji kotor. Total nya 36 persen dari nilai gaji kotor, cukup signifikan. Tergantung jumlah pendapatan dan usia pegawai.

Memang, ini kebijakan yang keras, tidak popular, bahkan mungkin sangat menyakitkan. Tetapi, ya di situlah makna bersusah-susah dulu, hidup hemat, tidak boros, apalagi melakukan sesuatu yang tidak ada gunanya? Ujungnya pasti ”bersenang- senang kemudian.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Jatuh bangun, susah payah, habis-habisan, memutar otak, memeras keringat, sampai mendekati batas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News