Berakit-Rakit ke Hulu, Berenang Renang ke Tepian

Berakit-Rakit ke Hulu, Berenang Renang ke Tepian
Pimpinan Redaksi INDOPOS saat melakukan wancara dengan sang Entrepreneurship, Ciputra di kediamannya Pondok Indah, Jakarta Selatan, kemarin (13/10). Foto: Fery Pradolo/INDOPOS

”Dalam ska la kecil di perusahaan apotik pun, bisa melakukan self control. Saya kira dalam bentang bernegara yang luas pun, strategi ini sangat layak untuk diadopsi,” papar ayah Rina Ciputra, Junita Ciputra, Cakra Ciputra dan Candra Ciputra itu.

Misalnya dalam bidang energy, Ciputra setuju, tidak ada subsidi BBM sama sekali. Karena yang memanfaatkan subsidi itu sesungguhnya orang-orang mampu, yang semestinya tidak perlu disubsidi. Di banyak negara, harga BBM sudah disamakan dengan pasar dunia.

Rakyat kita akan lebih berhemat berkendara mobil-motor, lebih irit dalam penggunaan listrik, dan subsidi yang hampir 1 Triiun per hari itu bisa dikurangi, untuk mengurangi beban negara. Lagi-lagi, ini bukan pekerjaan sulit bagi pemimpin negeri. Tapi juga tidak bisa dibilang remeh, apalagi dibiarkan mengalir tanpa solusi. (*)

- See more at: http://www.indopos.co.id/2014/10/berakit-rakit-ke-hulu-berenang-renang-ke-tepian.html#sthash.E0zgymgM.dpuf

BERSAKIT - SAKIT dahulu, bersenang-senang kemudian. Jatuh bangun, susah payah, habis-habisan, memutar otak, memeras keringat, sampai mendekati batas garis keputusasaan. Baru menemukan kuncinya, memegang rumusnya, belajar dari tumpukan kegagalan. Itu ujian seorang entrepreneur sejati!

”Tidak ada entrepreneur yang tiba-tiba enak, tiba-tiba sukses besar, tanpa proses yang berdarah- darah. Tidak ada dalam sejarah, juga tidak tersimpan dalam kamus bisnis manapun. Sudah sukses pun, dia tidak boleh berhenti berinovasi, harus menemukan cara baru, mencari skema baru, benefit baru, dan terus menerus menaikkan level kewirausahaan,” ucap Ir Ciputra dengan mimik serius.

Dia menuturkan itu berangkat dari pengalaman pribadinya, dan juga kisah-kisah triliuner di manapun di muka bumi. Bagaimana implementasi prinsip ”bersusah-susah dulu” itu bagi pemerintahan mendatang? Sementara pemerintah sering ”takut” kehilangan muka, ”takut” rusak citranya, ”takut” turun imagenya, sehingga lima tahun ke depan, dia akan dilupakan rakyat.

Rakyat sudah terlalu sering dijanjikan dengan buaian kata-kata indah, alias PHP –pemberi harapan palsu–. ”Karena itu, rakyatpun harus siap untuk bersusah-susah dulu, agar endingnya bersenang- senang kemudian,” kata Ciputra.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Jatuh bangun, susah payah, habis-habisan, memutar otak, memeras keringat, sampai mendekati batas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News