Berakit-Rakit ke Hulu, Berenang Renang ke Tepian
Contoh yang konkret adalah pembangunan sektor perumahan rakyat. Rumah adalah salah satu kebutuhan rakyat yang sangat esensial, paling dasar, selain soal pangan dan sandang. Tiga komponen kebutuhan elementer manusia, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Melalui rumah sehat, ”revolusi mental” yang pernah diusung Presiden Terpilih Joko Widodo dan Wapres Terpilih Jusuf Kalla selama masa kampanye itu bisa menjadi harapan baru bagi rakyat. Dia contohkan Singapore. Negara yang berjuluk Singa Putih itu sukses menyediakan hunian bagi seluruh warganya, berkat program Central Provident Fund (CPF). CPF di sana sebenarnya mirip dengan Taperum – Tabungan Perumahan Umum—untuk PNS di Indonesia.
Bedanya, CPF diberlakukan pada karyawan swasta. CPF dibentuk untuk menjamin kebutuhan pensiunan, investasi, rumah, dan kesehatan warga Singapore. ”Lebih dari 90 persen kepemilikan rumah di Singapore dapat terjadi karena pemanfaatkan tabungan CPF,” jelas Ciputra.
Program CPF di Singapore ini mewajibkan penyertaan dana dari perusahaan pemberi kerja sampai dengan 16 persen gaji kotor, dan dari karyawan 20 persen dari gaji kotor. Total nya 36 persen dari nilai gaji kotor, cukup signifikan. Tergantung jumlah pendapatan dan usia pegawai.
Memang, ini kebijakan yang keras, tidak popular, bahkan mungkin sangat menyakitkan. Tetapi, ya di situlah makna bersusah-susah dulu, hidup hemat, tidak boros, apalagi melakukan sesuatu yang tidak ada gunanya? Ujungnya pasti ”bersenang- senang kemudian.
” Dana CPF itu dikelola oleh Dewan CPF di bawah Kementerian Ketenagakerjaan dan di jamin oleh pemerintah dengan suku bunga bebas risiko minimal 2,5 persen. CPF inilah yang sukses mendisiplinkan rakyat Singapore untuk menabung dan pada akhirnya tabungan itu menciptakan kepemilikan rumah bagi seluruh rakyat.
”Sejak tahun 1975 saya sudah menyampaikan konsep ini sangat ideal, bagi warga Indonesia yang belum punya rumah,” kenang pria yang memiliki nama lahir Tjie Tjin Hoan ini.
Coba kalau itu dilaksanakan sejak dulu, mungkin problem perumahan rakyat tidak serumit sekarang ini. Tetapui, ada pameo, lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali. Karena itu, Ciputra pun mengusulkan kepada pemerintah baru nanti untuk membuat Tapera, Tabungan Perumahan Rakyat.
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Jatuh bangun, susah payah, habis-habisan, memutar otak, memeras keringat, sampai mendekati batas
- Kaleidoskop: Penegakan Hukum Indonesia Tahun 2024
- Manipulasi Nilai, Antara Realitas Pendidikan dan Pencarian Kebenaran
- Meraih Peluang Ekonomi di Tahun 2025
- Refleksi Akhir Tahun 2024 Tentang Penegakan Hukum di Indonesia
- Darurat Penyelamatan Polri: Respons Terhadap Urgensi Pengembalian Reputasi Negara Akibat Kasus Pemerasan DWP 2024
- Mengenang Thomas Stanford Raffles, Perintis Resident Court Dalam Sistem Juri di Hindia Belanda