Beras OP di Lumbung Spekulan, di Pasaran Jadi Oplosan

Pemerintah dan Pedagang Saling Tuding soal Penyebab Harga Naik

Beras OP di Lumbung Spekulan, di Pasaran Jadi Oplosan
Beras OP di Lumbung Spekulan, di Pasaran Jadi Oplosan

Hanya, tahun ini kenaikan harganya relatif tinggi daripada biasanya, dari 10–15 persen menjadi 30 persen. Hal itu terjadi lantaran pemerintah tidak melakukan operasi pasar dan penyaluran beras untuk masyarakat miskin (raskin) pada November–Desember 2014.

”Beras OP dan raskin itu biasanya bisa menutupi 10 persen kebutuhan beras nasional. Tapi, karena tahun lalu tidak ada dan awal tahun ada tapi sedikit, ya harga otomatis naik,” ungkapnya.

Soetarto justru menyayangkan rencana pemerintah yang hendak menyetop penyaluran raskin tahun ini. Sebab, peran Bulog adalah menyeimbangkan pasar supaya pasokan dan permintaan terjaga.

”Kalau kebutuhan pasarnya dua ribu ton per hari, ya gelontorkan saja segitu. Kalau 60 hari (Januari–Februari), kan hanya 120 ribu ton. Sedangkan stok beras Bulog 1,4 juta ton. Kenapa mesti takut-takut?” tanya dia.

Dia mengatakan, saat dirinya menjadi Dirut Bulog, gejolak harga saat paceklik bisa diredam dengan OP besar-besaran serta penyaluran raskin. Menurut dia, tidak ada gunanya pemerintah gembar-gembor bahwa stok Bulog sangat banyak, tapi tidak digelontorkan ke pasar.

”Zaman saya dulu, kalau ditanya akan operasi pasar berapa, saya jawab sebanyak-banyaknya. Bukan hanya gertak sambal ke pedagang,” sambungnya. Menurut dia, pedagang tidak mungkin menahan barang jika pemerintah menggelontorkan beras OP dan raskin sesuai dengan kebutuhan pasar.(wir/ken/dim/res/c11/sof)
 

SEDIKITNYA 75 ribu ton beras operasi pasar yang digelontorkan Bulog lewat pedagang Pasar Induk Beras Cipinang sejak awal tahun menghilang dari pasaran.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News